Hubungan Timbal Balik dalam Usaha Pariwisata
Pariwisata merupakan keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Hal tersebut tidak bermaksud untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.
Hubungan antara industri perhotelan dengan sektor pariwisata merupakan hubungan timbal balik dan saling memerlukan. Hotel memerlukan sektor pariwisata yang ramai dengan banyak wisatawan menginap di hotel tersebut. Sementara itu, sektor pariwisata memerlukan hotel yang berkualitas dan banyak untuk akomodasi para wisatawan yang berkunjung.
Perhotelan, tata boga, dan pariwisata merupakan tiga industri yang tidak terpisahkan. Hotel memerlukan wisatawan yang mengunjungi objek wisata sebagai calon tamu yang menginap dan memberi pendapatan pada hotel. Jika suatu objek wisata terkenal dan ramai dikunjungi, hotel di sekitarnya juga akan banyak menginap dan pasti membutuhkan layanan makan dan minum. Demikian juga jika di suatu lokasi wisata tersedia hotel yang bagus dan banyak, wisatawan akan datang berkunjung.
Jika sektor pariwisata lemah, tingkat okupansi atau tingkat inap hotel juga akan lesu dan daya beli sektor makanan dan minuman pun ikut menurun pula karena tidak ada wisatawan yang menginap. Demikian juga jika tidak ada fasilitas hotel di dekat suatu objek wisata, jumlah wisatawan yang berkunjung juga akan sedikit karena wisatawan akan kesulitan mendapatkan tempat menginap atau akomodasi. Inilah alasan hotel-hotel besar banyak berlokasi di dekat kawasan wisata. Misalnya, di pusat wisata Nusa Dua di Bali terdapat hotel Grand Hyatt, St Regis, atau Ayana Resort.
Secara umum, Anda telah mengetahui bahwa hubungan industri perhotelan dengan pariwisata saling berkaitan sangat erat. Hal tersebut tidak lepas dari fakta bahwa industri perhotelan menjadi salah satu tulang punggung yang mendukung pembangunan sektor pariwisata. Banyak sekali kontribusi industri perhotelan yang berimplikasi bagi perkembangan pariwisata. Salah satu tolok ukur keberhasilan suatu daerah dalam mempromosikan atau mengundang wisatawan untuk datang ke daerah tersebut. Suatu daerah tujuan wisatawan tentunya akan dikunjungi oleh wisatawan dan tentu saja membutuhkan tempat menginap. Hal tersebut merupakan peran hotel sebagai tolok ukur untuk mengetahui seberapa banyak wisatawan yang berkunjung di daerah tersebut.
Terdapat indikator di industri perhotelan yang menjadi tolok ukur untuk mengetahui kesuksesan dalam mendatangkan wisatawan ke daerah tujuan wisata, Ketiga indikator tersebut, seperti jumlah wisatawan, lama tinggal wisatawan, dan tingkat hunian hotel. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel memang mengindikasikan jumlah wisatawan yang berkunjung di daerah tersebut. Namun, hal tersebut belum cukup karena Anda perlu mengetahui lama tinggal wisatawan juga.
Lama tinggal wisatawan sangat berperan penting sebagai indikator untuk mengetahui seberapa tertarik para wisatawan terhadap daerah yang dikunjunginya. Semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah maka mengindikasikan bahwa daerah tersebut memang diminati oleh wisatawan. Persentase atau tingkat hunian hotel juga berperan penting sebagai indikator kesuksesan hotel dalam menjual kamarnya. Semakin tinggi tingkat hunian maka semakin banyak jumlah kamar yang dapat dijual.
Lebih jauh lagi hubungan industri perhotelan dengan pariwisata, yaitu dari sisi ekonomi dan ini dapat dilihat dari ketiga indikator tersebut. Semakin tinggi jumlah wisatawan yang berkunjung maka semakin banyak spending atau belanja wisatawan di suatu daerah, baik untuk menginap, berbelanja, kuliner, transportasi, maupun hal yang lainnya. Lama tinggal wisatawan juga berkontribusi bagi pendapatan daerah, semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah maka semakin banyak uang yang dibelanjakan dan berputar di daerah tersebut. Demikian juga dengan tingkat hunian, semakin tinggi tingkat hunian hotel berarti semakin banyak jumlah kamar yang terjual yang artinya semakin banyak pula pajak yang dibayarkan ke daerah tersebut. Umumnya, hubungan industri perhotelan dengan pariwisata didominasi oleh kepentingan finansial, dalam hal ini pihak hotel mendapatkan keuntungan dari jumlah wisatawan yang menginap untuk berkunjung ke daerah tersebut. Di satu sisi daerah tersebut juga mendapatkan kontribusi pajak yang dibayarkan oleh pihak hotel. Dari sejumlah pajak yang dibayarkan tersebut tentu saja dapat digunakan untuk membangun daerah tersebut, khususnya untuk mengembangkan potensi wisata di daerah tersebut sehingga dapat menarik lebih banyak lagi wisatawan.
Sebenarnya ada beberapa hubungan industri perhotelan dengan pariwisata terlepas dari hubungan finansial dan salah satunya merupakan hubungan reputasi. Dengan banyaknya jumlah wisatawan yang menginap di hotel untuk mengunjungi daerah tersebut maka daerah tersebut tentu saja akan berbenah diri untuk menyambut wisatawan. Pemerintah daerah setempat dan pengusaha hotel akan mendapat cukup modal untuk perbaikan infrastruktur agar wisatawan tertarik dan betah untuk berlama-lama berada di daerah tersebut. Pengusaha hotel akan
melengkapi fasilitas usahanya. Adapun pemerintah daerah akan memperbaiki infrastruktur publik mulai dari perbaikan jalan raya untuk mempermudah akses wisatawan, penambahan penghijauan agar lebih sejuk sehingga membuat nyaman wisatawan, seperti perbaikan fasilitas destinasi wisata dan sebagainya. Ketika hotel dan pemerintah daerah tersebut dapat menyediakan segala fasilitas, infrastruktur, dan kelengkapan yang dibutuhkan wisatawan tentu saja yang berdampak pada reputasi daerah itu sendiri.
No comments:
Post a Comment