Pengembangan Ekonomi dari Sektor Pariwisata
Sampai saat ini, setiap perjalanan wisata ke berbagai kota di Indonesia daerah tujuan wisata masih sangat sedikit yang memperlihatkan krativitasnya, baik dalam hal yang berhubungan dengan apa yang dilihat, dilakukan, maupun yang dibeli. Di beberapa daerah terkadang sulit untuk mendapatkan oleh-oleh yang menarik dari daerah tersebut. Jangankan yang menarik dan unik, untuk oleh-oleh yang umum saja kadang sulit didapat. Jika ada, sangatlah sederhana tidak terlihat adanya kreativitas yang muncul, terutama inovasi-inovasi baru. Padahal, dalam setiap kegiatan wisata seseorang tidak hanya sekadar untuk melihat, tetapi juga merasakan dan mendapatkan pengalaman baru. Oleh karena itu, produk-produk kreatif yang melalui sektor wisata mempunyai potensi yang lebih besar untuk dikembangkan.
Sebenarnya ada tiga hal yang tidak lepas dilakukan oleh para wisatawan, yaitu untuk melihat keindahan atau melihat atraksi-atraksi yang ada di daerah tujuan wisata tersebut. Adapun kegiatan berwisata yang tidak dapat dilepaskan adalah kegiatan berbelanja. Dalam hal ini, Anda tidak dapat lepas dari yang namanya souvenir dan kuliner di daerah yang dikunjungi oleh wisatawan kota-kota di Indonesia. Dengan sejumlah keunikannya, Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kota-kota kreatif. Misalnya, Yogyakarta, Bandung, dan Lombok. Kota-kota tersebut sebenarnya telah memiliki ruang kreatif, yaitu zona-zona wisata itu sendiri.
Atraksi wisata juga dapat menjadi sumber ide-ide kreatif yang tidak akan pernah habis untuk dikembangkan. Proses kreativitas seperti pembuatan souvenir dapat menjadi atraksi wisata tersendiri yang memberikan nilai tambah. Sementara di sisi lain, pasar yang menyerap produk ekonomi kreatif telah tersedia, yaitu turis atau wisatawan yang berkunjung seperti ke Kota Bandung. Kota Bandung merupakan kota kreatif dengan potensi sumber daya manusia kreatif terbesar. Sejak dahulu, Bandung telah dikenal sebagai pusat tekstil, mode, seni, dan budaya dengan sebutan "Paris Van Java" Kini Bandung juga dikenal sebagai kota pendidikan dan daerah tujuan wisata dengan cakupan ekonomi kreatif yang sangat besar dan luas. Sebagian besar dari Kota Bandung merupakan sektor ekonomi kecil, bahkan industri rumahan yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia.
Unik, kreatif, dan inovatif itulah yang seharusnya senantiasa dibangun sehingga dapat memacu semangat wirausaha. Kreatif dengan batik, unik dengan kreasi cokelat, mengangkat warisan budaya melalui kekayaan budaya daerah, kreativitas para mahasiswa dengan karya-karya handmade-nya, serta keunikan tampilan tas unik yang dibuat dari karung goni dan berbagai karya kreatif lainnya. Contoh lain yang telah banyak dikenal masyarakat luas, yaitu Dagadu dari Jogja atau Joger dari Bali. Kedua industri kreatif tersebut tidak berproduksi dalam jumlah besar, tetapi dengan kreativitas dan keunikan produknya banyak digemari.
Tidak dapat dipungkiri, dunia pariwisata sangat erat kaitannya dengan wirausaha dan industri kreatif yang berkembang pesat. Saat ini, kedua sektor tersebut merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik. Kreativitas akan merangsang daerah tujuan wisata untuk menciptakan produk-produk inovatif yang akan memberi nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tujuan wisata lainnya. Ditinjau dari sisi wisatawan, mereka akan merasa lebih tertarik untuk berkunjung ke daerah wisata yang memiliki produk khas untuk kemudian dibawa pulang sebagai suvenir. Di sisi lain, produk-produk kreatif tersebut secara tidak langsung akan melibatkan individual dan menumbuhkan wirausahawan baru di setiap tujuan wisata. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh kota tujuan wisata di Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata. Setiap kota/kabupaten di Indonesia memiliki daya tarik wisata yang berbeda untuk dapat diolah menjadi ekonomi kreatif.
No comments:
Post a Comment