Vitamin
Istilah vitamine atau vitamin pada mulanya dikenalkan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama Funk. Senyawa ini terdapat dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan, tetapi sangat penting peranannya bagi tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan serta pertumbuhan.
Vitamin adalah suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, vitamin harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Vitamin terdapat dalam bentuk yang berbeda, di antaranya ada yang berbentuk provitamin. Provitamin dapat diubah menjadi vitamin yang aktif segera setelah diserap oleh tubuh.
1. Jenis Vitamin
Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air dibedakan menjadi dua, yaitu vitamin yang tidak larut di dalam air atau larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin yang larut di dalam air (vitamin B dan Q).
a. Vitamin Larut dalam Lemak
Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan, dan biji-bijian sumber minyak seperti kacang tanah dan kacang kedelai. Vitamin yang diserap dalam tubuh kemudian disimpan dalam hati atau jaringan lemak. Seperti halnya lemak, vitamin memerlukan protein untuk mengangkut dan memindahkannya dari suatu tempat ke tempat lain. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air, maka vitamin tersebut tidak dikeluarkan atau diekskresikan sehingga kelebihan vitamin ini akan ditimbun dalam tubuh.
1) Vitamin A
a) Fungsi Vitamin A bagi Tubuh
Vitamin A sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan penglihatan. Vitamin A terdapat dalam dua bentuk, yaitu vitamin A dan provitamin A (karoten). Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan sakit mata, penyakit kulit, serta rentan terhadap berbagai penyakit dan pertumbuhan badan tidak normal. Vitamin A merupakan bahan untuk membuat rodopsin yang diperlukan dalam proses penglihatan. Vitamin A juga berperan untuk pemeliharaan jaringan pelapis dan membantu proses pertumbuhan tubuh.
b) Vitamin A dalam Bahan Makanan
Vitamin A hanya terdapat dalam tubuh hewan, seperti minyak ikan, hati, susu, daging, keju, dan kuning telur. Tetapi dalam tumbuh-tumbuhan terdapat semacam zat yang menyerupai vitamin A yang disebut karoten. Karoten banyak terdapat di dalam sayuran hijau dan kuning seperti wortel, daun singkong, bayam, dan kangkung. Selain itu, karoten banyak terdapat di dalam buah-buahan seperti pepaya, mangga, dan jeruk. Setelah tiba di dalam hati, karoten diubah menjadi vitamin A. Oleh karena itu, karoten disebut juga sebagai provitamin A. Pada umumnya, vitamin A stabil terhadap panas, asam, dan alkali. Namun, vitamin ini mempunyai sifat yang sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi.
Pada umumnya, sayuran dan buah-buahan yang berwarna banyak mengandung karoten. Ada hubungan langsung antara derajat kehijauan sayuran dengan kadar karoten. Semakin hijau daun tersebut semakin tinggi kadar karotennya, sedangkan daun-daun yang pucat seperti selada dan kol, labu siam, miskin akan karoten. Sayuran hijau merupakan sumber vitamin A yang penting bagi masyarakat di daerah pedesaan karena murah dan mudah didapat secara lokal. Beberapa sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning atau merah, terutama wortel kaya akan vitamin A. Mengonsumsi makanan sumber vitamin A yang beragam sangat dianjurkan. Kekurangan vitamin A dimungkinkan karena proses pengolahan makanan yang tidak tepat.
Kadar Vitamin A pada Beberapa Jenis Makanan
Jenis Bahan Makanan Vitamin A (IU) Karoten per 100 gram '
1. Minyak ikan 80.000
2. Minyak hati ikan hiu 70.000
3. Hati sapi 13.000
4. Telur ayam 600
5. Pepaya kuning 1.750
6. Pisang ambon 145
7. Tomat masak 1.500
8. Wortel 2.000
9. Sawi 6.400
10. Bayam 6.000
11. Daun kelor 11.300
12. Ubi rambat merah 7.700
13. Daun katuk 5.000
c) Kebutuhan Vitamin A Tubuh Berdasarkan perhitungan para ahli di WHO, separuh dari karoten yang terserap oleh tubuh akan diubah menjadi vitamin A. Jumlah tersebut kira-kira hanya 7 dari kandungan karoten dalam bahan makanan yang akhirnya akan dimanfaatkan oleh tubuh.
Terlalu banyak konsumsi vitamin A dapat menyebabkan hipervitaminosis, yaitu suatu keadaan keracunan yang disebabkan terlalu banyak konsumsi vitamin A setiap hari dalam jangka waktu beberapa bulan. Keracunan ttu karena kelebihan vitamin A, 95 % dari cadangan vitamin A itu akan disimpan tubuh dalam hati.
Vitamin A berperan dalam penglihatan, permukaan epitel, serta membantu proses pertumbuhan. Peranan retinol untuk penglihatan normal sangat penting karena daya penglihatan mata sangat bergantung pada adanya rodopsin, yaitu suatu pigmen yang mengandung retinol. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A, antara lain rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, serta kulit yang tidak sehat.
(1) Gangguan Penglihatan
Vitamin A berperan menjaga agar kornea mata selalu sehat. Mata yang normal biasanya mengeluarkan mukus, yaitu cairan lemak kental yang dikeluarkan sel epitel mukosa sehingga membantu mencegah terjadinya infeksi. Bila tubuh kekurangan vitamin A, maka sel epitel akan mengeluarkan keratin, yaitu protein yang tidak larut dalam air dan bukan mukus.
Bila sel-sel epitel mengeluarkan keratin, sel-sel membran akan kering dan mengeras, dan keadaan tersebut dikenal dengan istilah keratinisasi. Keadaan tersebut bila berlanjut akan menyebabkan penyakit xeroftalmia. Bila terjadi kekurangan vitamin A, berarti proses pembentukan redopsin akan terganggu sehingga menyebabkan rabun kanak-kanak dalam keadaan cahaya samar atau cahaya senja yang disebut penyakit rabun senja atau hemeralopi.
(2) Kerusakan Jaringan Epitel
Kekurangan vitamin A juga menyebabkan perubahan pada jaringan pelapis epitel Jaringan epitel ini akan menjadi keras karena adanya sel tanduk.
(3) Gangguan Pertumbuhan
Kekurangan vitamin A juga dapat mengganggu pertumbuhan tubuh, di antaranya memengaruhi pertumbuhan tulang.
2) Vitamin D
Tidak seperti vitamin lain, vitamin D dapat disintesis pada tubuh manusia dan hewan dalam bentuk vitamin D2. Laju sintesis vitamin D dalam kulit bergantung pada jumlah sinar matahari yang diterima serta konsentrasi pigmen di kulit. Agar tubuh tidak kekurangan vitamin D, maka dianjurkan untuk selalu memanfaatkan sinar matahari untuk kesehatan, terutama di pagi hari. Dikenal empat macam vitamin D, yaitu vitamin D2, 03, D4, dan D6. Vitamin D2 terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan yang disebut kalsiferol sedangkan vitamin D3 terdapat di dalam tubuh hewan yang terkenal dengan nama ergosterol, apabila terkena sinar matahari (sinar ultra violet), maka akan berubah menjadi vitamin D aktif. Vitamin D tidak begitu penting artinya di negara beriklim tropis karena jarang ditemukan penyakit akibat kekurangan vitamin D, kecuali di tempat tertentu.
Vitamin D sangat berpengaruh terhadap pembentukan tulang dan gigi serta mengatur pembentukan zat kapur dan fosfor yang berguna untuk pengerasan tulang. Bahan makanan yang mengandung vitamin D di antaranya ikan, minyak ikan, kuning telur, susu, keju, dan mentega.
Di daerah tropis, vitamin tersebut kemudian diaktifkan oleh sinar matahan dan diangkut ke berbagai alat tubuh untuk dimanfaatkan atau disimpan di dalam hati. Kekurangan vitamin D akan mengakibatkan gangguan penyerapan kalsium dan fosfor pada saluran pencernaan serta gangguan mineralisasi struktur tulang dan gigi. Tiga jenis keadaan yang dapat dialami oleh penderita kekurangan vitamin D adalah sebagai berikut.
a) Rakhitic/Rickets
a) Rakhitis/Rickets
Diderita oleh anak-anak yang ditandai oleh bengkoknya kaki sehingga berbentuk 0, masih dapat ditolong dengan pemberian vitamin D dalam jumlah besar atas nasihat dokter yang berwenang.
b) Oesteoporosis
Osteoporosis adalah pengeroposan tulang karena kurangnya kepadatan serta kualitas tulang akibat kekurangan kalsium dan vitamin D. Osteoporosis dapat membuat seseorang mudah menderita patah tulang.
c) Rheumatoid Arthritis
Penyakit pelunakan tulang (rheumatoid arthristis) disebabkan kekurangan vitamin D dan kalsium. Hal im kerap terjadi pada bayi yang tidak terpapar sinar matahari sehingga pengaktifan vitamin D melalui kulit berkurang.
3) Vitamin E
Vitamin E dianggap memengaruhi kemampuan reproduksi hewan dan manusia. Hewan betina yang kekurangan vitamin E, telurnya akan berdegenerasi, sedangkan pada hewan-hewan jantan akan mengkibatkan penghambatan dalam pembentukan sperma. Bagi manusia belum jelas apakah berpengaruh atau tidak. Vitamin ini terdapat dalam biji-bijian yang sedang tumbuh. Sumber vitamin E banyak terdapat pada beras tumbuk, sayuran hijau, lemak daging, susu, mentega, serta minyak gandum. Vitamin E juga baik untuk meremajakan kulit.
Manusia membutuhkan vitamin E dalam jumlah yang sedang dan biasanya telah dapat dicukupi dari makanan sehari-hari. Dosis vitamin E yang dianjurkan adalah 400 UI sampai 800 UI. Dalam kondisi standar, kita sudah mengonsumsi vitamin E sebanyak 120 UI sehari dalam makanan. Ekstrak dari tumbuhan seperti sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin E dimanfaatkan sebagai bahan kosmetika.
Vitamin K disebut juga vitamin koagulasi. Vitamin ini mula-mula ditemukan sebagai senyawa yang dapat mencegah terjadinya perdarahan parah pada ayam. Vitamin K mendorong terjadinya pengumpalan darah secara normal. Vitamin K penting artinya dalam pembekuan darah, karena vitamin ini memengaruhi pembentukan protrombin dalam hati. Jika kekurangan vitamin ini, maka protrombin dalam darah akan berkurang. Jika terjadi luka, maka luka ini akan sukar berhenti mengeluarkan darah karena luka sulit menutup. Vitamin ini dibuat oleh bakteri-bakteri dalam usus.
Kekurangan vitamin ini dapat terjadi, misalnya karena terlalu banyak menggunakan obat-obat sulfa sehingga bakteri-bakteri yang dapat membuat vitamin K di usus mati. Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam, dan alkali. Sumber utama vitamin K adalah hati dan sayuran seperti bayam, kubis, dan brokoli, sedangkan biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran lain miskin akan vitamin K. Vitamin K yang dikonsumsi banyak yang terbuang bersama feses dan hanya sebagian kecil saja yang disimpan dalam hati. Bayi yang baru lahir mempunyai vitamin K yang sangat terbatas. Sintesis vitamin K dalam saluran pencernaan baru dimulai setelah bayi berusia beberapa hari.
b. Vitamin Larut dalam Air
Vitamin yang dapat larut dalam air terdiri atas vitamin B dan C.
1. Vitamin B kompleks
Dipandang dari segi gizi, kelompok vitamin B termasuk dalam kelompok vitamin yang disebut vitamin B kompleks, yaitu tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (asam nikotinat, niasinamida/ vitamin B3), asam pantotenat (vitamin B5), piridoksin (vitamin B6), biotin (vitamin B7), folasin (asam folat dan turunan aktifnya/vitamin B9), serta sianokobalamin (vitamin B12).
a) Tiamin (Vitamin B1)
Tiamin turut dalam metabolisme karbohidrat. Makin banyak karbohidrat yang terdapat dalam makanan, akan semakin banyak pula vitamin B1 yang diperlukan. Tiamin berperan dalam mengatur air dalam jaringan tubuh, memperbaiki pengeluaran getah cerna, memengaruhi pertumbuhan, serta menambah nafsu makan. Kekurangan vitamin B1 dalam jumlah yang tak begitu banyak sering mengakibatkan kurangnya nafsu makan. Kemudian akan terjadi gangguan dalam alat pencernaan (sembelit) akibat menurunnya tonus dan otot pada usus, mudah lelah, dan sulit tidur. Selain itu, kekurangan yang agak hebat menyebabkan penyakit beri-beri. Beri-beri merupakan penyakit kekurangan tiamin pada masyarakat yang banyak mengonsumsi beras yang mengalami penggilingan dengan mesin. Pada orang dewasa sering terjadi gangguan jantung sehingga menyebabkan adanya penumpukan caira dalam jaringan pada telapak kaki serta persendian kaki.
Sumber vitamin B1 terdapat pada beras yang ditumbuk, katul, kacang hijau, kacang tanah, tempe, hati, telur, ikan, susu, dan sayuran hijau. Anak-anak dan remaja membutuhkan 0,4-1,2 gram vitamin B1 per kg berat badan dalam sehari. Konsumsi tiamin yang dianjurkan per orang per hari oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1998 bagi anak-anak di bawah 10 tahun antara 0,3-1,0 mgr, sedangkan untuk orang dewasa 1,0 mgr. Wanita hamil dan menyusui perlu lebih banyak, yaitu 0,2 mgr dan 0,3 mgr dari kebutuhan normal.
b. Riboflavin (Vitamin B2)
Vitamin B2 disebut riboflavin karena strukturnya mirip dengan gula ribosa dan juga karena ada hubungan dengan kelompok flavin. Vitamin im berguna untuk pernapasan sel. Selain itu, vitamin ini berguna bagi tubuh, terutama pada anakanak,
Kekurangan vitamin B2 dapat menyebabkan Sariawan, kulit kering, stamina tubuh menurun dan berdampak pada gangguan-ganguan jaringan tubuh. Pada kornea akan tampak pembuluh
pembuluh darah halus dan tumbuh tuka-luka pada bibir serta sudut mulut (seilosis). Sumber riboflavin berasal dari hati, ginjal, kedelai, sayuran segar, kuning telur, dan susu. Hati, ginjal, dan jantung mengandung riboflavin dalam jumlah yang tinggi.
c) Niasin (Vitamin B3) Kekurangan niasin yang parah setelah beberapa bulan akan mengakibatkan pelagra dengan gejala spesifik, yaitu sakit tenggorokan, lidah, dan mulut, serta terjadi dermatitis yang sangat khas, yaitu pada tubuh yang tidak tertutup seperti tangan,
lengan, siku, kaki, kulit, serta leher. Kekurangan niasin yang hebat akan menyebabkan penyakit pelagra pada kulit, gangquan-ganguan terhadap alat pencernaan, dan sistem saraf.
Pelagra banyak diderita oleh penduduk daerahdaerah yang menggunakan jagung sebagai bahan pokok, Jagung sedikit sekali mengandung niasin dan asam amino triptofan yang dapat diubah oleh tubuh menjadi niasin.
d) Asam Pantotenat (Vitamin B5)
Asam pantotenat diperlukan tubuh untuk sintesis lemak dan sterol. Gejala yang diakibatkan oleh kekurangan vitamin B5 adalah kelelahan, rambut beruban dan rontok, jerawat, meningkatkan risiko
infeksi, dan meningkatkan sensitivitas pada insulin. Kelebihan vitamin B5 dapat mengakibatka dehidrasi, bengkak pada wajah dan kaki, nyeri di lutut dan sendi, mual dan muntah, serta diare.
e) Piridoksin (Vitamin B6)
Vitamin B6 memiliki sifat yang larut dalam air. Oleh karena itu, tubuh kita hanya mampu menyimpan vitamin B6 dalam jumlah yang sangat sedikit. Kegunaan vitamin B6 bagi tubuh untuk metabolisme protein dan lemak. Vitamin B6 terdapat di dalam ragi, kacang-kacangan, daging segar, beras tumbuk, hati, ikan, dan unggas. Biji-bijian utuh merupakan sumber yang kaya akan vitamin B6. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, sulit tidur, kram otot, saraf motorik terganggu, fungsi saluran pencernaan terganggu, dan kelainan pada darah.
f) Biotin (Vitamin B7)
Kekurangan biotin dapat mengakibatkan kulit kering, infeksi jamur, rambut yang rapuh, kerontokan pada rambut, dan gejala nyeri otot. Manfaat dan fungsi biotin, antara lain untuk metabolisme energi, pertumbuhan rambut, pertumbuhan kuku, menurunkan berat badan, mengatur kadar gula darah, dan kofaktor dalam Pembentukan sel-sel darah merah.
g) Asam Folat (Vitamin B9)
Fungsi asam folat, antara lain sebagai pembentuk sel darah merah, perbaikan set tubuh pada j hamil untuk mencegah bayi lahir cacat pada otak dan sumsum tulang belakang, meringankan gejala anemia, pertumbuhan jaringan tubuh, mencegah terjadinya kepikunan dan penurunan memori otak, menekan risiko cacat pada jantung karena bawaan, serta mencegah terjadinya kerontokan rambut
h) Sianokobalamin (Vitamin B12)
Vitamin B12 diperlukan untuk pembentukan butir-butir darah merah. Bahan makanan yang mengandung vitamin B12 ditemukan bersama-sama protein, di antaranya daging, telur, dan ikan. Vitamin yang terdapat dalam daging disebut faktor ekstrinsik untuk pencegahan anemia. Beberapa bahan dan produk nabati yang mengandung B12 adalah sayuran dari daun berwarna hijau, oncom dari bungkil kacang tanah, dan produk fermentasi kedelai seperti tempe, tauco, dan kecap. Selain itu, sumber vitamin B12 adalah bahan makanan yang berasal dari laut, seperti ikan dan jenis lainnya. Vitamin B12 juga banyak terkandung dalam susu dan hasil olahannya berupa keju dan mentega. Kekurangan vitamin B12 biasanya disebabkan kurang baiknya penyerapan dan kekurangan dalam makanan yang dikonsumsi.
2) Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak dengan pemanasan yang terlalu lama. Vitamin C mudah teroksidasi. Proses tersebut dipercepat oleh adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi.
Berbagai faktor yang dapat memengaruhi kadar vitamin C dalam makanan, antara lain bahan makanan yang disimpan terlalu lama, bahan makanan yang dijemur dengan cahaya matahari, dan pemanasan yang terlalu lama.
a) Akibat Kekurangan Vitamin C
Kekurangan vitamin C akan menyebabkan gusi berdarah, penyakit sariawan atau skorbut, daya tahan tubuh berkurang, dan kulit mudah terkelupas. Penyakit skorbut biasanya jarang terjadi pada bayi. Bila terjadi pada anak-anak, biasanya pada usia setelah 6 bulan dan di bawah 12 bulan. Gejala-gejala penyakit skorbut seperti terjadi pelembekan kolagen, infeksi, dan demam. Pada anak yang giginya telah keluar, gusinya akan membengkak, empuk, dan terjadi pendarahan. Pada orang dewasa, skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan pendarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang. Penyakit sariawan yang akut dapat disembuhkan dalam beberapa waktu dengan pembenian 100 sampai 200 mg vitamin C per hari. Bila penyakit sudah kronis, maka diperlukan waktu lebih lama untuk penyembuhannya dan suplai vitamin C yang ditingkatkan.
d) Sumber Vitamin C
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama sayuran hijau dan buah-buahan berwarna kuning dan segar sehingga vitamin C sering disebut Fresh Food Vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak mengandung vitamin C. Semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya. Mengonsumsi buah dalam keadaan segar jauh lebih baik dari buah yang sudah diolah. Pengolahan pada buah-buahan dengan menggunakan panas akan mengakibatkan kerusakan pada vitamin C. Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan alkali. Oleh karena itu, agar vitamin C tidak banyak hilang, sebaiknya pengirisan dan penghancuran yang berlebihan dihindanri.
Buah jeruk, baik yang dibekukan maupun yang dikalengkan merupakan sumber vitamin C yang tinggi. Beberapa buah tergolong buah yang tidak asam seperti pisang, pepaya, avokad, dan manggis mengandung vitamin C yang rendah, apalagi bila produk tersebut dikalengkan. Bayam, brokoli, cabai hijau, dan kubis juga merupakan sumber vitamin C yang baik. Vitamin C mudah diperoleh, hanya saja kita sering kurang memperhatikan cara pengolahan bahan yang benar sehingga vitamin C rusak dan terbuang percuma.
Berikut ini Kandungan Vitamin C pada Bahan Makanan pada Jenis Sayuran Vitamin C (mg/100 gr)
1. Bayam dan tekokak : 80
2. Daun katuk : 239
3. Stroberi : 59
4. Daun singkong : 275
5. Semangka : 33
6. Daun lobak : 109
7. Daun melinjo : 182
8. Daun oyong : 150
9. Jeruk : 50
10 Sawi : 102
No comments:
Post a Comment