Makalah Jyotisa
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah sederhana ini dengan judul “Jyotisa”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata pelajaran Agama Hindu sekaligus untuk menambah pengetahuan tentang salah satu cabang ilmu dalam Veda yang memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan umat Hindu, yaitu Jyotisa.
Dalam makalah ini penulis berusaha menjelaskan mengenai pengertian Jyotisa, penerapannya dalam kearifan lokal Bali, hari-hari suci umat Hindu yang ditentukan berdasarkan perhitungan Jyotisa, serta manfaat melaksanakan hari suci tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun bahasa. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar makalah di masa mendatang dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Daftar Isi
-
Kata Pengantar
-
Daftar Isi
-
Bab I Pendahuluan1.1 Latar Belakang1.2 Tujuan1.3 Rumusan Masalah
-
Bab II Pembahasan2.1 Pengertian Jyotisa2.2 Jyotisa dalam Kearifan Lokal Bali2.3 Hari-hari Suci2.4 Manfaat Pelaksanaan Hari Suci Hindu
-
Bab III Penutup3.1 Kesimpulan3.2 Saran
-
Daftar Pustaka
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu memiliki ajaran yang bersumber dari kitab suci Veda. Untuk memahami dan melaksanakan ajaran Veda, dikenal enam bagian tambahan yang disebut Vedāṅga (angga Veda). Salah satunya adalah Jyotisa. Kata “Jyotisa” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti cahaya atau ilmu perbintangan. Dalam konteks agama Hindu, Jyotisa adalah ilmu yang mempelajari perhitungan waktu berdasarkan peredaran matahari, bulan, dan bintang.
Di Bali, ajaran Jyotisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kalender Bali atau wariga. Kalender tersebut tidak hanya berisi hari-hari umum seperti kalender masehi, tetapi juga memuat perhitungan pawukon, sasih, wewaran, dewasa ayu, dan rahinan. Semua itu digunakan sebagai pedoman untuk menentukan waktu yang baik dalam melakukan upacara yadnya, memulai pekerjaan, maupun melaksanakan hari suci keagamaan.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang Jyotisa sangat penting dipelajari, agar generasi muda dapat memahami dasar penentuan hari-hari suci Hindu serta melestarikan kearifan lokal Bali yang diwariskan leluhur.
1.2 Tujuan
-
Mengetahui pengertian Jyotisa sebagai salah satu bagian dari Veda.
-
Memahami penerapan Jyotisa dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu di Bali.
-
Mengidentifikasi hari-hari suci umat Hindu yang ditentukan berdasarkan Jyotisa.
-
Menjelaskan manfaat melaksanakan hari suci Hindu bagi kehidupan rohani dan sosial.
1.3 Rumusan Masalah
-
Apa yang dimaksud dengan Jyotisa?
-
Bagaimana penerapan Jyotisa dalam kearifan lokal Bali?
-
Hari-hari suci Hindu apa saja yang ditentukan berdasarkan Jyotisa?
-
Apa manfaat melaksanakan hari-hari suci Hindu tersebut?
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Jyotisa
Jyotisa adalah salah satu bagian dari Catur Veda Angga (enam ilmu tambahan dalam Veda) yang berhubungan dengan perhitungan waktu. Jyotisa membahas tentang peredaran benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang untuk menentukan waktu baik dan buruk. Dalam ajaran Hindu, waktu memiliki kedudukan sangat penting karena setiap kegiatan spiritual maupun duniawi dianjurkan dilakukan pada saat yang tepat agar memperoleh hasil yang maksimal.
Selain sebagai ilmu perbintangan, Jyotisa juga dipahami sebagai pedoman dalam menentukan hari baik (dewasa ayu), pelaksanaan upacara keagamaan, perayaan hari raya, maupun kegiatan sehari-hari seperti menanam, membangun rumah, dan melaksanakan perkawinan. Dengan demikian, Jyotisa bukan hanya ilmu teoritis, tetapi benar-benar diterapkan dalam kehidupan nyata umat Hindu.
2.2 Jyotisa dalam Kearifan Lokal Bali
Di Bali, penerapan Jyotisa tampak jelas dalam sistem penanggalan Bali yang disebut wariga. Kalender Bali memadukan sistem pawukon (210 hari) dengan sistem sasih (berdasarkan peredaran bulan). Dari wariga inilah masyarakat Bali menentukan dewasa ayu, yaitu hari yang dianggap baik untuk melakukan suatu kegiatan.
Contoh penerapan Jyotisa dalam kehidupan masyarakat Bali antara lain:
-
Menentukan hari baik untuk melaksanakan upacara adat seperti metatah (potong gigi), ngaben, dan odalan di pura.
-
Menentukan hari baik untuk mepandes, pernikahan, dan memulai usaha.
-
Menentukan waktu hari raya keagamaan, seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, dan Saraswati.
Dengan demikian, Jyotisa menjadi bagian penting dari kearifan lokal Bali karena menyatukan ajaran agama dengan kehidupan sosial budaya masyarakat.
2.3 Hari-hari Suci
Hari-hari suci umat Hindu di Bali ditentukan berdasarkan perhitungan Jyotisa melalui wariga. Beberapa contoh hari suci tersebut antara lain:
-
Hari Raya Galungan dan Kuningan
-
Galungan dirayakan setiap 210 hari sekali sebagai peringatan kemenangan Dharma melawan Adharma.
-
Sepuluh hari setelah Galungan dirayakan Kuningan sebagai tanda turunnya para Dewa kembali ke kahyangan.
-
-
Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Saka)
-
Nyepi dirayakan setiap satu tahun sekali berdasarkan kalender Saka.
-
Hari ini menjadi momen penyucian diri melalui catur brata penyepian: amati geni, amati karya, amati lelanguan, dan amati lelungan.
-
-
Hari Saraswati
-
Diperingati sebagai turunnya ilmu pengetahuan suci.
-
Umat Hindu sembahyang di pura, sekolah, dan rumah untuk memuja Dewi Saraswati.
-
-
Hari Pagerwesi
-
Empat hari setelah Saraswati.
-
Dimaknai sebagai hari memperkuat iman agar tidak goyah oleh pengaruh negatif.
-
-
Rahinan Purnama dan Tilem
-
Purnama adalah hari saat bulan penuh, dianggap sebagai waktu yang sangat suci untuk sembahyang.
-
Tilem adalah hari saat bulan mati, digunakan untuk penyucian dan introspeksi diri.
-
Semua hari suci ini ditentukan melalui sistem Jyotisa yang mengatur siklus waktu dan peredaran bulan.
2.4 Manfaat Pelaksanaan Hari Suci Hindu
Pelaksanaan hari suci berdasarkan Jyotisa memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual, sosial, maupun budaya. Beberapa manfaat tersebut antara lain:
-
Meningkatkan Sradha dan BhaktiMelalui sembahyang dan upacara pada hari suci, umat Hindu semakin dekat dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
-
Menjaga Tradisi LeluhurHari-hari suci yang diwariskan sejak zaman dahulu menjadi identitas budaya dan harus dilestarikan agar tidak punah.
-
Membina Keharmonisan SosialPelaksanaan hari raya yang dilakukan bersama-sama mempererat rasa persaudaraan, gotong royong, dan persatuan antar umat.
-
Menyucikan Pikiran dan LingkunganDengan melaksanakan brata, puasa, dan upacara pada hari suci, umat Hindu dapat membersihkan pikiran serta menjaga keharmonisan dengan alam.
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Jyotisa adalah bagian dari Catur Veda Angga yang berhubungan dengan perhitungan waktu berdasarkan peredaran matahari, bulan, dan bintang. Jyotisa sangat penting dalam kehidupan umat Hindu karena digunakan untuk menentukan hari baik dan hari-hari suci.
Dalam kearifan lokal Bali, Jyotisa diwujudkan dalam bentuk wariga atau kalender Bali. Melalui wariga, umat Hindu dapat mengetahui hari raya keagamaan seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, Saraswati, Pagerwesi, serta rahinan Purnama dan Tilem. Pelaksanaan hari-hari suci ini memberi manfaat besar, baik untuk meningkatkan spiritualitas, melestarikan budaya, mempererat persaudaraan, maupun menjaga keseimbangan hidup.
3.2 Saran
Sebagai generasi muda Hindu, kita sebaiknya mempelajari Jyotisa dan kalender Bali agar tidak kehilangan warisan budaya leluhur. Dengan memahami Jyotisa, kita dapat lebih menghargai waktu, melaksanakan hari suci dengan penuh kesadaran, serta menjaga keharmonisan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Daftar Pustaka
-
Titib, I Made. Veda Sabda Suci: Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita, 2003.
-
Wiana, I Ketut. Makna Upacara Yadnya dalam Agama Hindu. Denpasar: Panitia Penerbit, 2004.
-
Tim Penyusun. Kalender Bali 2025. Denpasar: CV Wariga Bali, 2025.
-
Suamba, Ida Bagus Putu. Filsafat Waktu dalam Hindu. Denpasar: Udayana University Press, 2018.
No comments:
Post a Comment