80. Pandan Bali (Cordyline australis)
(A) Deskripsi Singkat
Cordyline australis, yang sering dikenal sebagai pandan bali atau pohon ti, adalah tanaman hias tropis yang berasal dari Selandia Baru. Tanaman ini memiliki daun panjang berwarna hijau cerah dengan bentuk yang meruncing, dan dapat tumbuh cukup tinggi hingga mencapai 10 meter di alam bebas. Meskipun asal usulnya dari Selandia Baru, tanaman ini juga banyak ditemukan di daerah tropis lainnya, termasuk Indonesia, sebagai tanaman hias yang menarik karena daunnya yang eksotis.
(B) Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monokotil
Ordo : Asparagales
Famili : Asparagaceae
Genus : Cordyline
Spesies : Cordyline australis (G. Forst.) Endl.
(C) Morfologi
Akar: Akar Cordyline australis berupa akar serabut yang tumbuh dari pangkal batang dan seringkali menyebar secara horizontal. Akar ini berfungsi untuk menyerap air dan nutrisi dari tanah.
Batang: Batang tanaman ini tegak dan dapat mencapai tinggi hingga 10 meter dalam kondisi ideal. Pada batangnya, terdapat banyak daun yang tumbuh dari bagian atas.
Daun: Daun Cordyline australis panjang dan lancip dengan warna hijau cerah atau merah muda (tergantung varietas). Daun ini memiliki tulang daun yang jelas dan terasa keras.
Bunga: Tanaman ini menghasilkan bunga kecil berwarna putih atau krem yang tumbuh dalam bentuk tandan, meskipun seringkali jarang berbunga dalam budidaya di luar habitat aslinya.
Buah: Buah Cordyline australis berbentuk berry kecil yang berwarna merah atau ungu ketika matang, namun jarang muncul di luar habitat aslinya.
(D) Penyebaran
Cordyline australis berasal dari Selandia Baru dan tersebar luas di kawasan tropis dan subtropis lainnya, seperti Indonesia, Malaysia, dan beberapa bagian Asia Tenggara, sebagai tanaman hias. Cordyline ini dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah hingga pegunungan dengan iklim yang hangat dan kelembapan yang tinggi.
(E) Habitat
Tanaman ini biasanya ditemukan di hutan subtropis dan tropis, sering kali tumbuh di daerah yang memiliki sinar matahari penuh hingga setengah teduh. Cordyline australis tumbuh subur pada tanah yang kaya akan bahan organik dengan kelembapan yang cukup. Di Indonesia, tanaman ini sering ditanam di kebun rumah atau taman sebagai tanaman hias.
(F) Cara Pengembangbiakan dan Perawatan
Pengembangbiakan: Cordyline australis dapat diperbanyak melalui stek batang atau anakan yang muncul di sekitar pangkal tanaman induk. Stek batang dapat ditanam dalam tanah yang lembab, dan akar akan berkembang dalam waktu beberapa minggu.
Perawatan:
Tanaman ini memerlukan cahaya matahari yang cukup untuk tumbuh dengan baik, namun tidak menyukai paparan langsung matahari yang terlalu terik, terutama di daerah tropis.
Sirami secara teratur, terutama selama musim kemarau, tetapi pastikan tanah tidak tergenang air.
Pupuk tanaman dengan pupuk organik atau pupuk seimbang setiap beberapa bulan sekali untuk merangsang pertumbuhan.
Pemangkasan dilakukan untuk menjaga bentuk tanaman dan menghilangkan daun atau cabang yang sudah mati atau rusak.
(G) Manfaat
Cordyline australis atau pandan bali banyak digunakan sebagai tanaman hias karena penampilannya yang menarik dengan daun panjang dan eksotis. Tanaman ini juga berfungsi sebagai penghias taman atau halaman rumah, memberikan nuansa tropis yang segar. Beberapa orang juga menggunakan daun tanaman ini untuk membuat pagar alami atau sebagai peneduh di taman.
(H) Cara Pengolahan
Sebagai Tanaman Hias: Cordyline australis paling banyak digunakan sebagai tanaman hias dalam pot atau sebagai tanaman pagar di taman. Tanaman ini tidak membutuhkan perawatan rumit, asalkan mendapatkan cukup sinar matahari dan air.
Ekstrak Daun: Beberapa bagian tanaman, seperti daun, mungkin digunakan dalam pembuatan kerajinan tangan atau dekorasi.
(I) Daftar Pustaka
Hidayat, M. (2007). Kamus Tanaman Indonesia. Jakarta: Penerbit Pustaka.
Ghisalberti, E. L. (1998). The Genus Cordyline. Oxford: Oxford University Press.
Kapoor, R. (2013). Tropical and Subtropical Horticulture. New Delhi: Springer.
Holttum, R. E. (1958). A Study of Cordyline in the Pacific and Southeast Asia. Journal of Botany, 75(12), 456-459.
No comments:
Post a Comment