Sang Hyang Aji Saraswati
Pemeluk agama Hindu di seluruh dunia memuja Dewi Saraswati sebagai manifestasi Tuhan dengan segala predikatnya. Sebagai Istadewata Brahma, Dewi ilmu Pengetahuan, Dewi Seni, Dewi Kebijaksanaan, dan lain-lain. Esensinya, Dewi Saraswati dipuja sebagai mahadewi yang diyakini menganugerahkan pencerahan (enlightensment) kepada umat ma-
nusia dan menghindarkan manusia dari awidya (kegelapan). Dari keadaan lupa (lipya) akan jati diri yang sesungguhnya sebelum mengalami reinkarnasi (tumimbal lahir). Intinya, Dewi Saraswati merupakan sakti (Kemahakuasaan Tuhan) untuk menganugerahkan pencerahan (enlightensment) kepada umat manusia agar menemukan jalannya untuk bersatu kembali dengan Yang Maha Agung (Brahman). Kausa prima Brahmawidya Hindu Dharma, menyebutkan bahwa dua azas sukmawi gaib dan abadi yang disebut cetana dan acetana merupakan penyebab terjadinya segala yang ada. Cetana berkedudukan di atas, berwujud kesadaran tertinggi dan acetana berkedudukan di bawah berwujud maya (tak nyata). Cetana yang berada di atas dapat merasuk menyusupi acetana yang berkedudukan di bawah. Pertemuan keduanya menciptakan purusa dan pradana yang mempertemukan roh dan materi (panca maha bhuta).
Gambaran kausa prima (penyebab segala yang ada) ini berawal dari kesadaran sadashiva yang bersifat wyapara (aktif) yang digambar-
kan berstana di atas padmasana yang disebut cadhusakti. Khusus mengenai eksistensi manusia (bhuana alit) dijelaskan bahwa sebelum mengalami punarbhawa (reinkarnasi), sesungguhnya benih sejati telah tergoda oleh unsur panca maha bhuta yang terdiri dari teja (zat panas, api, sinar), apah (zat cair, air), pertiwi (zat padat, tanah), akasa (zat ether), dan bayu (zat gas, udara, angin). Kelimanya mensublimasi panca tan mantra yang terdiri dari rupa (benih penglihatan), rasa (benih perasaan), ganda (benih penciuman), sabda (benih suara), dan sparsa (benih sentuhan) menjadi stula sarira atau raga sarira (badan kasar).
Jadi, atman yang merupakan bagian dari paramatman itu terjebak di dalam raga
sarira sehingga potensial mengalami lipya (lupa) karena tergoda oleh kenyataan semu yang bersifat maya (tak nyata). Itulah sebabnya, setiap yang ada ini, termasuk manusia, keberadaannya di mayapada dalam keadaan samsara (berkelana) hanya untuk sementara waktu. Disebut mayapada.
Karena sesungguhnya bumi ini maya (tak nyata). Sehingga momentum punarbhawa (reinkarnasi) merupakan suatu kesempatan untuk memperbaiki karma (perbuatan) agar dapat kembali bersatu dengan asal (brahman). Oleh sebab itu, tantangan setiap manusia
sejati menurut Brahmawidya Hindu Dharma tiada lain ialah membebaskan diri dari ikatan duniawi yang dipengaruhi oleh sifat panca maha bhuta. Satu-satunya jalan agar terbebas dari kungkungan ikatan duniawi yang menjerat ini, hanyalah melalui widya dharma (ilmu pengetahuan). Widya dharma menjadi widyadhana (harta ilmu pengetahuan) yang akan menghantarkan umat manusia untuk mencapai mokhsartham jaggadhita ya ca iti dharma atau kesejahteraan lahir dan batin. Kedudukan Dewi Saraswati dalam proses menghindarkan diri dari awidya (kegelapan) dengan sifat asuri sampad (sifat keraksaan) menuju sifat daiwi sampad (sifat dewata)sangatlah penting. Tanpa anugerahNya, tidak ada seseorangpun dapat mencapai widya
dharma itu dengan sempurna.
Weda Wahya (Rg. Weda, 1.13.12) menyebutkan:
"Maho arnah Saraswati pra cetayati ketuna Dhiyo visva vi rajati"
Artinya:
"Saraswati dikenal, melalui gerakan air yang maha besar. Semoga doa pujaan
memancarkan cahaya sangat banyak".
Dewi Saraswati yang dikenal melalui gerakan air maha besar, mempunyai otoritas untuk memberikan pencerahan (enlightensment) kepada umat manusia. Setiap 210 hari sekali saban Saniscara Umanis Watugunung dalam sistem penanggalan Tahun Saka, DewiSaraswati dipuja dengan rangkaian pemujaannya yang diakhiri dengan banyu pinaruh
pada Redite Paing Sinta. Sebuah momentum siklis yang tiada henti dilakukan oleh pemelukagama Hindu.
Shakti Dewa Brahma Sebagai sakti Dewa Brahma, Dewi Saraswati mempunyai kekuasaan yang sangat besar. la digambarkan dalam 108 nama, yang mengindikasikan komplesitas perannya. Di samping itu, menunjukkan kemahakuasaannya. Melalui 108 nama itu, Dewi Saraswati dipuja dalam universum simbolik yang kompleks. Di Indonesia Dewi Saraswati populer disebut sebagai Sang Hyang Aji Saraswati. Salah satu sebutan dari Dewi Saraswati merupakan Sakti Dewa Brahma.
Konsep sakti yang secara harafiah berarti "kekuatan, kekuasaan, atau energi" menunjukkan Dewi Saraswati sesungguhnya merupakan kekuatan dari Dewa Brahma. Merupakan salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu. Dua Dewi lainnya ialah Dewi Sri (Laksmi), dan Dewi Uma (Durga). Kata 'saraswati' berasal dari akar kata 'sr 'yang berarti "mengalir". Rujukan lainnya menyebutkan Saraswati sebagai bagian dari Sapta Sindhu atau Sapta Gangga yang bermakna tujuh sungai suci. Dalam teks tradisional Bali Sapta Gangga yang nyata (sakala) ada di muka bumi ini, ada pula di buana alit (tubuh manusia). disebut sapta gangga ring sarira.
Kitab Suci Weda yang menggambarkan Sungai Saraswati mengalir menuju laut lepas. Rg. Weda, 7.95.2 menyebutkan:
"Ekacetar Sarasvati nadinam suciryati giribhya a samudrat"
Artinya:
*Saraswati saja yang memiliki vitalitas di antara sungai-sungai dan ia yang paling suci mengalir dari gunung-gunung menuju laut", Pengungkapan kebenaran adanya Sungai Saraswati berhubungan dengan perkiraan tentatifitas waktu ditulisnya Kitab Suci Weda. Namun sesuai dengan kenyataan yang ada,
Dewi Saraswati sampai sekarang dipuja sebagai Sakti Deva Brahma. Selain disebut-sebut dalam Kitab Suci Weda, Dewi Saraswati juga mendapat eksplanasi yang mendalam melalui
kitab Purana pada masa lampau. Selain sebagai Sakti Dewa Brahma, Dewi Saraswati juga disebut sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan, Dewi Seni, dan Dewi Kebijaksanaan.
Saraswati sebagai dewi kebijaksanaan dan pengetahuan Kedudukan ini mengindikasikan bahwa agama Hindu mengajarkan kepada pemeluknya untuk menguasai ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan" lahiriah maupun batiniah.
Dengan menguasai ilmu pengetahuan sesorang dapat mencapai kehidupan abadi, menyatu kembali dengan Brahman, sesuai dengan tujuan agama Hindu.
Dewi Saraswati hingga saat ini lebih dikenal dengan Dewi Kebijakan dan pengetahuan sehingga sangat dekat dengan para pelajar, guru, perguruan atau sekolah. Walaupun di dalam zaman Weda ia lebih dikenal dengan dewi sungai, namun kita temukan beberapa
sukta yang mengisyaratkan dia sebagai Dewi Kebijaksanaan dan pengetahuan. Di dalam salah satu sukta Rg-Weda kita temukan:"Codayitri sunrtanam cetaniti sumatinam yajnam Saraswati". Di dalam Aswalayana Grhyasutra Saraswati dipuja dan dimohonkan memberikan kecerdasan kepada bayi yang baru saja dilahirkan. Di dalam Grhyasutra Paraskara, kita melihat Saraswati juga dimohonkan memberikan wawasan dan kecerdasan kepada pemuja-pemujanya. Ayat ini sangat penting karena ia mencerminkan salah satu ungkapan perasaan pemujanya yang paling khusuk kepada Saraswati. Ayat tersebut:" 'Saraswati, tingkatkanlah kecerdasan kami ini, yang pemurah, yang cantik kepada siapa kami memuja pertama-tama, bahwa di dalam siapa, apa yang lahir, di dalam siapa dunia ini berada'.
Di dalam salah satu wacana Hiranyake Gruyasutra Saraswati sebagai dewi berhubungan dengan pengetahuan disebutkan. Saraswati dipandang sebagai seorang dewi ujaran atau kata-kata (wak). Di dalam Mahabharata dan purana-purana belakangan Saraswati berhubungan dengan pembelajaran berulang-ulang disebutkan, dan aspek ini
mendapatkan penekanan. Dalam kedua epos besar Mahabharata dan Ramayana Saraswati disebut lidah wisnu. Bahkan Mahabarata, yaitu pada bagian Shanti parwa menyatakan
Saraswati sebagai 'ibu dari Weda" (vedanam mataram pasyah). Rsi Wyasa, penggubah Mahabarata memohon anugerah dari dua dewa, yaitu Narayana dan Saraswati sebelum memulai menulis karya agungnya : Narayanaam namaskrtya naram caiva narottamam
devim sarasvatim vyasam tato jayam udirayet (Mahabrata, 1.1.1).
Sebagai Dewi Kebijaksanaan, kedudukan Dewi Saraswati berkorelasi dengan predikatnya sebagai dewi ilmu pengetahuan dan dewi keindahan (seni). Barang siapa yang menguasai ilmu pengetahuan dan ilmu keindahan dengan sendirinya akan memiliki
prabhawa yang bijaksana. Keseluruhan aspek ilmu pengetahuan, keindahan (seni), dan kebijaksanaan tergambar dalam ikonografi Dewi Saraswati yang mengendarai wahana angsa putih dan burung merak yang anggun dengan menggenggam lontar(buku: Kitab Suci Weda), alat musik, gendang kecil, dan genitri melambangkan aspek
inteligensia atau kecerdasan pikiran; intelektualitas yang tinggi (tiling) atau daya nalar (wiweka) untuk memecahkan persoalan keilmuan; waspada yang berhubungan dengan sifat kehati-hatian; dan ego (lobha) yang bermakna bahwa ilmu pengetahuan itu sesungguhnya merupakan alat untuk menuju pencerahan (enlightenment). Saraswati sebagai dewi seni dan musik Sebagai dewi yang berkuasa atas ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan maka sangat beralasan jika ia digambarkan sebagai seorang dewi yang mengayomi bidang pembe- lajaran lain, yaitu sebagai dewi seni dan musik. Bagi para penari, budawayan, musisi, pelukis dan seniman umumnya Saraswati menjadi pusat Konsentrasi dan pemujaannya. Mereka memohon anugerah dan karunia-Nya sebelum ia menciptakan suatu karya seni atau sebelum membawakan suatu karya seni.
Di dalam Kamasutra Karya Watsyayana, kita melihat bahwa masyarakat yang sejahtera biasa bersembahyang setiap hari ke empat belas di kuil Saraswati untuk menyaksikan pagelaran drama atau tari, dan sebagainya. Sebagai seorang dewi yang dihubungkan dengan musik, Saraswati sering digambarkan di dalam seni dan kesusasteraan memegang alat musik wina. Musik dianggap membentuk Weda kelima ketika keempat Weda dilarang bagi mereka yang tidak dwijati dan menurut Bharata musik, drama, nyanyian, dan lukisan sama nilainya dengan mantra-mantra Weda. Jadi, Brahmi tidak hanya menurunkan Weda para Apsara; dan ilmu musik dan drama kepada Narada dan Bhatara.
No comments:
Post a Comment