PEMERIKSAAN PAKAIAN SEBELUM DRY CLEANING
Pemeriksaan pakaian yang akan dicuci secara dry cleaning diawali dengan pengecekan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pencucian, baik yang berhubungan kondisi, bahan, warna, tingkat kekotoran pakaian, maupun langkah-langkah yang harus dikerjakan. Pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan jenis bahan, jenis noda, dan kondisi pakaian.
1. Berdasarkan Jenis Bahan
Pada prinsipnya, jenis bahan yang diproses pada pencucian dry cleaning adalah semua jenis bahan yang tidak boleh terkena air dan juga bahan-bahan yang sensitif (boleh terkena air, tetapi cara pencucian dan penjemurannya harus benar-benar diperhatikan). Contoh bahan-bahan yang sensitif, yaitu sebagai berikut.
a. Wol, yaitu bahan yang terbuat dari bulu domba. Jenis domba memengaruhi variasi serat wol yang dihasilkannya. Biasanya, serat wol yang lembut dan hangat cenderung memiliki sisik yang banyak di permukaannya. Tampilannya lebih kusam jika dibandingkan kadar serat wol yang lebih sedikit. Bahan wol bersifat higroskopis (mudah menyerap kelembapan) dan tampilannya berkerut. Dalam penggunaannya, wol sering diaplikasikan sebagai bahan baku jaket, sweater, topi, dan karpet,
b. Sutra (silk), yaitu bahan yang terbuat dari kepompong ulat sutra. Bahan sutra terdiri atas benang halus yang berasal dari ngengat sutra atau ulat sutra yang komposisinya berupa protein. Sutra berstruktur prisma yang dapat membiaskan
cahaya dari berbagai sudut sehingga terlihat mengilap. Bahan ini bersifat tidak licin, lembut, ringan, kuat, memiliki elastisitas sedang, tetapi mudah rusak karena paparan sinar matahari atau serangga.
C. Sintetis, yaitu bahan yang terbuat dari biji plastik dan sisa minyak bumi.
d. Beledu (velvet), terbuat dari campuran bahan sintetis dan wol.
e. Bahan-bahan lainnya yang memiliki banyak aksesori, seperti payet atau sequin.
2. Berdasarkan Jenis Noda
Semua pakaian yang akan diproses dengan pencucian dry cleaning harus diperiksa, baik kondisi, bahan, maupun kebersihan pakaian tersebut. Jika dilihat dari kebersihannya, pastilah banyak sekali jenis noda yang melekat pada pakaian. Noda (kotoran) yang sering ditemui pada pakaian biasanya bersumber dari:
a. makanan (noda minyak, saus/sambal, dan kecap),
b. minuman (noda sirup dan kolak),
c. kotoran organik (noda darah, bekas urine dan keringat, serta kotoran hewan), dan
d. kotoran anorganik (noda tinta, oli, dan kosmetik).
Noda pada pakaian harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum pakaian dilanjutkan pada proses pencucian. Tindakan penghilangan noda disebut juga dengan pre-spotting. Tujuan tindakan tersebut adalah memudahkan proses penghilangan noda yang ada karena jika proses dilakukan setelah proses pencucian, Noda akan lebih sulit dihilangkan karena sudah melekat ke dalam serat cucian/pakaian tersebut. Tentunya, bahan kimia (spotting chemical) yang digunakan bergantung pada jenis noda yang terdapat pada pakaian.
3. Berdasarkan Kondisi Pakaian
Pakaian yang akan diproses dengan metode dry cleaning harus diperiksa kondisinya, baik dari keadaan bahannya, warnanya, maupun aksesori yang ada pada pakaian tersebut. Apabila ada kejanggalan pada pakaian tersebut, petugas laundry harus segera melaporkan kepada supervisornya agar segera ditindaklanjuti, yaitu dilaporkan kepada tamu yang bersangkutan. Permasalahan terkait kondisi pakaian tamu, dapat meliputi:
a. warna pakaian yang sudah pudar sebelum dicuci,
b. pakaian sobek/rusak sebelum diproses,
C. kancing yang hilang sebelum dicuci dan tidak ada penggantinya,
d. pakaian yang ada kombinasi kulitnya,
e. pakaian yang memiliki aksesori tertentu yang tidak dapat diproses secara dry cleaning karena dikhawatirkan rusak jika dikerjakan,
f. pakaian yang mengandung karet,
g. pakaian yang bergambar sablon, dan
h. pakaian yang ritsletingnya rusak.
No comments:
Post a Comment