Pengantar/ Materi Kuliah Veda (resume) I
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Apakah itu weda?
1) Weda sebagai kitab Suci
Weda yang dikatakan sebagai kitab suci Agama Hindu artinya buku ini dinyakini dan dipedomi oleh umat Hindu sebagai satu – satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan mereka sehari –hari ataupun untuk melakukan pekerjaan tertentu. Yang dinyatakan sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang menurunkan pun adalah Tuhan yang Maha Suci yang sebagai ajaran suci untuk membimbing dan tuntunan umatnya kejalan hidup yang suci.
2) Weda Sebagai Ilmu Pengetahuan
Weda berasal dari kata sansekerta yang akar katanya Wid yang artinya mengetahui yang berarti pula pengetahuan. Namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan sebagai weda, karena Weda pada dasarnya pengetahuan yang diturunkan oleh Tuhan kepada umat manusia sebagai wahyunya.
3) Weda Sebagai Wahyu Tuhan YME
Seperti apa yang diungkapkan dalam saramuccaya 37 dan manawadharmasastra II.10.1 yang pada intinya menyatakan bahwa “sesungguhnya Sruti adalah Weda dan Smrti adalah Dharmasastra”
4) Weda Sebagai Mantra
Weda dikenal sebagai mantra, pengertian ini dapat kita angkat dari satu konsep penjelasan yang menguraikan bahwa Sruti itu terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Mantra yaitu untuk menanamkan semua kitab suci Hindu yang tergolong Catur Weda, yaitu Rg Weda, Yjurweda, Samaweda, dan Atharwaweda
2. Brahmana atau Karmakanda yaitu untuk menanamkan semua jenis yang merupakan suplemen kitab mantra, yang isinya khusus membahas aspek karma atau yajna
3. Upanisad dan aranyaka atau yang dikenal dengan nama Jnanakanda, yaitu penanaman semua macam buku Sruti yang terdiri atas 108 buah kitab Aranyaka dan Upanisad. Isinya khusus membahas aspek pengetahuan yang bersifat filsafat.
Oleh karena kitab Upanisad, Bramana maupun Aranyaka tidak pernah dikatakan kitab mantra, maka jelas pengertian mantra khusus mencangkup catur Weda saja. Mantra pengertian lebih sempit dari weda itu sendiri.
1.2 Bahasa Dalam Weda
Bahasa yang digunakan dalam weda adalah bahasa dewa – dewa atau yang disebut dengan bahasa Daiwi Wak. Weda dilihat dari segi bahasa digunakan bahasa Sanskerta, namun lebih dikenal dengan bahasa Daiwi Wak, seperti halnya dalam Dharmasastra, Itihasa, Purana dll. Bahasa dalam weda dapat diklasifikasikan dengan tiga jeis yaitu :
1) Sankerta
2) Sankerta Klasik
3) Sankerta Campuran
1.3 Cara Weda Diwahyukan
Weda itu tidak diwahyukan kepada sembarang orang tetapi bagi mereka yang telah tekun mengadakan tapa brata dan Semadhinya yang telah bertahun – tahun sehingga mereka menjadi peka dan cepat mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi. Ada tiga cara weda itu diwahyukan adalah sebagai berikut :
1) Turunnya wahyu yang bersifat abstrak, yang dimulai dari suara- suara gema biasa yang lebih diibaratkan sebagai suara pada AUM atau gemanya lonceng kemudian membentuk pengertian kepada maha Rsi istilah ini sering disebut dengan Swara Nada.
2) Wahyu itu masuk kehati para maha Rsi sehingga tersusun pengertian atau kesan. Pikiran yang telah tersusun kemudian disampaikan dalam bentuk peringatan – peringatan yang dihadapi oleh manusia.
3) Para maha Rsi secara langsung melihat kejadian dihadapannya, yang merupakan penglihatan gaib.
1.4 Maha Rsi
Nabi – nabi dalam agama Hindu disebut dalam bahasa sansekerta sebagai Rsi, seorang Rsi adalah tokoh pemikir dan pemimpin Agama Hindu. Dia adalah seorang guru dengan segala sifat – sifatnya yang istimewa. Dia adalah pemikir, selalu aktif, mengendalikan panca indriya nafsu, suka bersemadhi, melakukan yoga Samadhi, selalu mendekatkan diri dengan Tuhan, dia rendah hati dan tahan Uji. Sebagai pemimpin dia selalu memberi keteduhan dan kesejukan bagi siapa saja yang datang minta pertolongan padanya. Secara fungsional Rsi dibedakan menjadi tiga yaitu : Dewa Rsi, Brahma Rsi dan Raja Rsi. Dan lima jenis Rsi menurut kitab Matsya Purana dan Brahmanda purana yaitu : Brahma Rsi, Satya Rsi, Dewa Rsi, Sruta Rsi, dan Raja Rsi. Adapun Sapta Rsi yang merupakan keluarga Maha Rsi yang paling banyak disebut ialah : Rsi Grtasamada, Rsi Wiswamitra, rsi Warmadewa, Rsi Atri, Rsi Bharadwaja, Rsi Wasistha dan Rsi Kanwa
1.5 Weda Dan Kebangkitannya Kembali
Hampir tenggelamnya weda karena pandangan para pemuka – pemuka Hindu terdahulu yang terlalu mempribadi. Namun karena adanya penelitian bahasa termasuk penelitian weda yang dilakukan sarjana barat pada abad XVII yang sebenarnya bertujuan untuk memperkokoh dan memperluas kekuasaan imperialismenya. Hal ini terbukti dengan dibukanya jurusan Indologi yang pada umunya mempelajari tentang struktur budaya Hindu oleh sarjana barat. Namun kekuatan itu diimbangi dengan adanya gerakan untuk melawan penjajah oleh rakyat India termasuk juga perjuangan keagamaan. Pembaharuan – pembaharuan pun terus dilakukan yang mana gerakan ini dipelopori oleh Brahma Samaj dan Arya Samaj. Tidak hanya itu, tetapi juga dikembangkannya Indologi itu kepada Negara anak benua untuk menambah wawasan mereka tentang struktur budaya yang mereka miliki. Sekitar tahun 1950 penulisan buku – buku yang bersumber dari weda. Dan pada tahun 1980 penelitian weda boleh dikatakan mencapai puncaknya baik tentang tulisan dan bahasanya yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan ini. Namun kita jangan berbangga hati dan berhayal atas kejayaan ini tetapi tetap berjuang untuk hari esok dan tetap melakukan perbaikan terhadap pandangan – pandanga yang keliru tentang Weda.
BAB II KODIFIKASI WEDA DAN PERKEMBANGNNYA
2.1 Upaya Untuk Kodifikasi Perlu
Upaya untuk melakukan kodifikasi yang diprakarsai oleh Bhagawan Wyasa (Byasa) patut kita hargai dan hormati. Upaya untuk mengkodifisir mantra-mantra itu dalam sistematika seperti yang kita warisi sekarang ini, bukan merupakan usaha satu orang melainkan merupakan satu kerja team yang sangat baik. Ini dapat berhasil karena pengaruh Bhagawan Byasa yang cukup disegani dan dihormati oleh para Rsi lainnya.
2.2 Hubungan Guru Dengan Parampara
Mempelajari weda dan mewariskan ajarannya termasuk sabda yang telah diturunkan, kesemua ini merupakan suatu proses yang berdiri sendiri dan sangat besar pengaruhnya dalam memelihara keutuhan Weda baik isi maupun idealismenya. Peranan seorang rsi yang juga sekaligus berfungsi sebagai guru sangat menentukan. Disamping itu peranan seorang siswa (murid atau santri) yang belajar matra itu dari seorang Rsi harus dalam kondisi yang harmonis dan sempurna. Mereka akan terikat oleh seuatu kode etik dan bersifat sakral melalui sistem penerimaan dan upacara yang disebut diksa, baik dalam bentuk upanayana maupun dalam bentuk lainnya. Seorang siswa harus diikat dalam aturan-aturan serta disiplin moral untuk selalu berkata terus terang dan benar serta jujur. Dengan demikian seorang siswa atau santri tidak berani berbohong dan apalagi mempergunakan mantra itu secara keliru. Ini dianggap sebagai suatu kesalahan besar yang berakibat ia harus menebus dosa dengan kesalahan itu. Sebagai akibatnya maka dapat dibayangkan bahwa semua sabda sebagai wahyu yang diajarkan oleh seorang guru kepada para sisyanya benar-benar aman dari korupsi. Sistem moduling proses transformasi seperti ini dikenal dengan nama sistem guru parampara.
2.3 Dasar Pengkodifikasian Yang Ditempuh
Kalau kita perhatikan secara seksama mengenai isi dan samhita yang ada sekarang, tampak adanya metode dan sistim pengkodifikasiannya telah dilakukannya secara cermat dan terkoordinir dengan baik. Di dalam kitab Brahmanda Purana, kita mendapatkan keterangan mengenai cara kodifikasi. Walaupun keterangan yang diberikan mungkin tidak benar sepenuhnya, namun secara teoritis, teori yang dikemukakan di dalamnya sangat masuk akal. Secara umum menurut teori reletivitas dikemukakan bahwa Weda untuk pertama diturunkan pada jaman Krta-yuga. Kemudian selama masa Treta yuga, weda dipelajari, dan pada jaman dwapara weda mulai mendapat perhatian untuk dikodifikasi. Penghimpunan weda pada saat penelitiannya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Penghimpunan Berdasarkan Umur Mantra Itu Diturunkan
Berdasarkan umur atau usia mantra-mantra itu dapat dibedakan mana yang paling tua dan mana mantra-mantra yang turun kemudian. Artinya yang pertama diturunkan Rg. Weda merupakan data tertua tentang Agama Hindu.
b. Penghimpunan Didasarkan Atas Pengelompokan Isi Dan Peruntukkannya
Berdasarkan isi dan peruntukkannya Weda dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Sruti isinya :
1. Mantra samhita seperti Rg.Weda, Sama Weda, Yayur Weda dan Atharwa Weda.
2. Kitab Brahmana adalah karma kanda/tata cara melakukan upacara yadnya
3. Kitab upanisad/Aranyaka adalah jnana kanda. Upanisad adalah tuntunan hidup berumah tangga (grhasta), Aranyaka adalah tuntunan bagi seorang samnyasin.
c. Penghimpuan berdasarkan atas dasar resensi menurut keluarga Rsi yang menerima atau pengubahnya.
2. Smerti
BAB III SRUTI
3.1 Pengertian Sruti, Samitha Dan Mantra
Manu dalam kitab Manawadharmasastra mengemukakan bahwa ‘Sruti’ itu sesungguhnya tidak lain adalah Weda. Menurut arti kata Sruti itu sendiri, kata itu berarti wahyu atau revelation. Jadi yang dimaksud dengan Sruti adalah Kitab Wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Samhita adalah himpunan atau kumpulan. Adapun yang diartikan dengan kumpulan atau himpunan ini tidak lain adalah pengelompokan isi yang dikumpulkan menurut fungsinya sehingga membentuk sebuah buku atau lebih. Satu himpunan yang lengkap menurut sistematika kodifikasi Weda itu terdiri atas tiga naskah utama yaitu MantraSamhita, Brahmana, dan Aranyaka/Upanisad. Adapun yang dimaksud dengan mantra adalah semua wahyu yang telah diubah dalam bentuk chanda. Asal mula terbentuknya mantra bersumber dari sabda atau suara yang dinyatakan sebagai sabda Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dinyatakan bahwa mantra itu sendiri adalah Citta-Sakti. Didalam kitab Wiswa-sara Tantra dinyatakan bahwa para Brahman pada waktu pewahyuan itu merupakan wujud sabda. Atas dasar itu maka semua mantra intinya adalah sabda yang merupakan perwujudan daripada Brahman.
3.2 Pembagian Sruti Dalam Samitha
Pada garis besar selurh sruti dapat kita bagi atau kelompokkan dalam empat samhita yang dikenal dengan nama Catur Weda Samhita yang meliputi :
1) Rg.Weda Samhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan (Rc atau Rcas). Arc = memuja (Arc. Rc ). Kitab ini dikumpulkan dalam berbagai resensi seperti resensi Sakala, Baskala, Aswalayana, Sankhyayana dan Mandukeya. Dari lima macam resensi yang masih terpelihara adalah resensi Sakala.
2) Sama Weda Samhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran umum mengenai lagu-lagu pujaan. Sama Weda terbagi atas dua bagian yaitu bagian arcika terdiri atas mantra-mantra pujian yang bersumber dari Rg.Weda dan bagian Uttaracika yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan.
3) Yajur Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai pokok-pokok yajus, (pluralnya : Yajumsi). Jenis weda ini ada dua yaitu :
1. Yajur Weda Hitam (Krisna Yajur Weda) yang terdiri dari 4 resensi yaitu Kanthakasamhita, Kapisthalakathasamhita, Taithiriyasamhita (terdiri atas dua aliran yaitu Apastamba, dan Hiranyakesin), Maitrayasamhita dan Kalapasamhita.
2. Yajur Weda Putih (Sukla Yajur Weda) yang juga disebut Wajasaneyi samhita. Kitab ini terdiri atas dua resensi yaitu Kanwa dan Madhyandina.
4) Atharwa Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis. Atharwa Weda yang disebut Atharwangira. Kitab ini terpelihara dalam dua resensi yaitu Resensi Saunaka dan Resensi Paippalada.
BAB IV SMRTI
4.1 Pengertian Smrti
Smrti adalah merupakan kelompok kitab kedua sesudah kelompok Sruti (kitab wahyu) dan dianggap sebagai kitab hukum Hindu karena didalamnya banyak memuat tentang sariat Hindu yang disebut Dharma. Smrti sebagai Dharmasastra bersifat suplemen atau pelengkap dalam melengkapi keterangan yang terdapat di dalam kitab Sruti sehingga antara Sruti dan Smrti itu mesti selaras atau tidak bertentangan. Mengenai hal diatas, kita dapatkan dua keterangan yang termuat dalam sastra yaitu sebagai berikut :
Srutistu wedo wijneyo
Dharmasastra tu wai smrti
Terjemahannya :
Ketehuilah bahwa sesungguhnya Sruti itu adalah Weda
dan Dharmasastra adalah Smrti(manawadharmasastra bab II. 10. 1)
srutir wedah samakhyato
dharmasastram tu wai smrti
Terjemahannya :
Yang dimaksud dengan Sruti itu sama dengan Weda dan dharmasastra sesungguhnya Smrti (sarasamuccya 37)
4.2 Berbagai Macam Dharmasastra
Macam Dharmasatra sangat banya dan penulisannya pun berbagai macam. Dimana salah satu dharmasastra yang paling lengkap dan yang paling sempurna adalah kitab dharmasastra yang ditulis oleh Manu yang sebagai tokoh Maha Resi dan Brahma Rsi. Istilah manawadharmasastra dikenal sebagai sastra yang bernama manupadesa yang artinya Bhatara Manu. Upadesa artinya ajaran dan upadesa ini dapat pula diartikan sebagai Dharmasastra. Kitab Manu itu terdiri atas 10 Bab dan memuat hampir seluruh pedoman hidup manusia baik secara individu,, isinya mencangkup sangat luas.
Kitab Yajnawalkyasmrti kitab yang sama kedudukannya dengan kitab Manu yang ditulis oleh Yajnawalkya. Yang terbagi atas tiga Bab yang membahas masalah Acara, Wyahara dan Prayascitta sebagai tonik utama. Kitab ini mendapat rekomendasi yang cukup luas, terutama tersebar luas di India yang kemudian menjadi dasar hukum yang digunakan oleh Mitaksara.
4.3 Kedudukan Smrti Sebagai Hukum Hindu
Smrti dan Sruti telah dinyatakan sebagai sumber dharma, keduanya – duanya harus diterima sebagai weda dan sebagi dasar untuk merumuskan dharma. Merumuskan dharma artinya disini adalah bagaimana keduanya itu dijadikan sebagai penentu suatu perbuatan itu dharma atau bukan selaras dengan dharma. Apabila keduanya sebagai sumber dharma sudah barang tentu keduannya ini adalah sumber hukum Hindu. Smrti sebagai sumber hokum Hindu berarti smrti dinyatakan sebagai dharmasastra. Dharmasastra sebagai kitab hokum hindu karena didalmnya memuat banyak aturan – aturan dasar yang mempunyai fungsi mengatur dan menentukan sangsi bila perlu.
Jika Materi ini bermanfaat Silahkan di download pada materi yang telah disediakan. Silahkan ke materi selanjutnya
No comments:
Post a Comment