Hormon Yang Ada Pada Tumbuhan (Fitohormon)
Selamat datang di blog yang sderhana ini, apa kabar semua ? semoga dalam lindungan-Nya. disini seperti judulnya akan saya bahas mengenai Hormon Yang Ada Pada Tumbuhan (Fitohormon) dalam hal ini, bukan hanya hewan dan manusia saja yang punya hormon,,,, Tumbuhan pun punya, Untuk apakah hormon tumbuhan tersebut ? mari kita simak makalah yang sudah saya buatkan disini. anda mau Download ? Silahkan download disini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Makhluk
hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah proses
kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya
penambahan substansi termasuk di dalamnya ada perubahan bentuk yang menyertai
penambahan volume tersebut. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju
kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif yaitu makhluk hidup
dikatakan dewasa apabila alat perkembangbiakannya telah berfungsi. Seperti pada
tumbuhan apabila telah berbunga maka tumbuhan itu sudah dikatakan dewasa.
Tumbuhan
juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan seperti memanjangnya batang, akar
dan sebagainya. Pemekaran bunga, pemasakan buah adalah slaah satu perkembngan
yang dialami oleh tumbuhan. Pemekaran bunga dan pemasakan buah kalau kita
teliti lebih lanjut sangatlah bervariasi sesuai dengan lingkungan dan jenis
pohon itu sendiri. Kalau kita amati, pada saat musim-musim tertentu pertumbuhan
bunga sangat pesat dan begitu juga dengan pematangan buahnya. Sebenarnya apa
yang mengatur semua pemekaran bunga, pemanjangan atau pertumbuhan tunas-tunas
baru pada tumbuhan tersebut.
Oleh sebab
itu kita harus tahu hal-hal yang menyebabkan semua kejadian yang terjadi pada
tumbuhan tersebut. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu
pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat menghambat pertumbuhan.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut:
1.2.1.
Apakah yang dimaksud dengan hormone tumbuhan?
1.2.2.
Hormon apakah yang merangsang pertumbuhan tumbuhan?
1.2.3.
Hormon apakah yang menjadi penghambat tumbuhan?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan daripada penyusunan makalah yang berjudul Hormon Tumbuhan adalah sebagai
berikut:
1.3.1 Tujuan
Umun
Dengan
penyususnan makalah yang mengenai hormone tumbuhan ini bertujuan untuk ikut
serta menyumbangkan buah pikiran dalam bidang mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Khususnya tentang hormone-hormon yang ada pada tumbuhan yang berkaitan dengan
keadaan tumbuhan.
1.3.2 Tujuan
Khusus
Adapun
tujuan khusus dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai beriku:
1.3.2.1
Untuk mengetahui yang dimaksud atau disebut dengan hormone tumbuhan.
1.3.2.2
Untuk mengetahui hormon yang merangsang pertumbuhan tumbuhan.
1.3.2.3
Untuk mengetahui hormone yang menghambat tumbuhan.
1.1 Manfaat
Penyususnan
makalah ini memiliki dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.4.1
Manfaat Teoritis
Manfaat
teoritis yang didapatkan dari hasil penyususnan makalah ini adalah salah satu
pelajaran dalam rangka menambah wawasan dalam bidang Fisiologi Tumbuhan yang
mengenai hormone tumbuhan.
1.4.2
Manfaat Praktis
Praktikum
ini juga memberi manfaat praktis yaitu sebagai acuan dan bahan perbandingan
dalam mempelajari Fisiologi Tumbuhan. Sebagai pelatihan dalam menyusun makalah.
Materi-materi yang ada di dalam makalah ini dapat sebagai acuan untuk
mempelajari hormone tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hormon
Hormon
tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa
organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat
oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter,
bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau
mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan
Penggunaan
istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun
demikian, berbeda dari hewan, hormon tumbuhan dapat bersifat endogen,
dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan
dari luar sistem individu. Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami
(sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk
mengakomodasi perbedaan ini dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
Hormon
tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi
prekursor (“pemicu”) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri dirangsang
pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai
tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran
reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila konsentrasi
suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu
nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai berekspresi.
Dari sudut
pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan
pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
jenisnya.
Hormon
tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan
dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan,
terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya,
hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum,
ditranslokasi
ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon
dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang
antarsel.
Dalam
menjalankan perannya, hormon dapat berperan secara tunggal maupun dalam
koordinasi dengan kelompok hormon lainnya. Contoh koordinasi antar hormon
ditunjukkan oleh proses perkecambahan. Embrio biji tidak tumbuh karena salah
satunya dihambat oleh produksi ABA dalam jaringan embrio biji. Pada saat biji
berada pada kondisi yang sesuai bagi proses perkecambahan, giberelin
dihasilkan. Apabila nisbah giberelin:ABA tidak mencapai titik tertentu,
perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini melebihi nilai tertentu, terjadi
perkecambahan. Apabila nisbah giberelin:ABA masih berada di sekitar ambang, konsentrasi
sitokinin menjadi penentu perkecambahan.
Terdapat
ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik
yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan
identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan perilaku fisiologi yang sama,
bukan kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama
hormon tumbuhan, yaitu auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin
(gibberellins, GAs), asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena,
ETH). Selain itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai
hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau
merupakan hormon sintetik, seperti Oligosakarin san brasinosteroid,. Beberapa
senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Pemahaman
terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian
dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang memiliki pengaruh yang
sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian
modern mencakup pengamanan hasil, memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas
produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu
berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman
buah musiman).
Sejauh ini
dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu :
2.2 Hormon
Auksin
Istilah
auksin ( auxin ) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan
kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin sesungguhnya
memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun dikotil. Auksi alamiah yang
diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat
( Indolecetid acid, IAA ). Selain auksin alamiah ini beberapa senyawa lain,
termasuk beberapa senyawa sintetik, memiliki aktivitas auksin. Namun diseluruh
bab ini nama auksin digunakan khusus untuk IAA. Meskipun auksin mempengaruhi
beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang peling penting
adalah merangsang perkembangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang.
Berikutadalahcontohpengaruhcahayaterhadaphormonauksin
yang mempengaruhiperkembanganselpadabijikacanghijau, yang
manauntukmembandingkan pertumbuhan biji kacang hijau kitaakanmencobadi dua
tempat yang berbeda yaitutempat terang dan tempat gelap.
Dari
gambar-gambar di atasdapatdisimpulkanbahwahormonauksinlebihaktifapabila di
tempatgelap. Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh)
pucuk tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif.
Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari
akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya,
tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke
seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan dan diferensiasi
sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal batang dapat menghambat
tumbuhnya tunas lateral. Bila tunas apikal batang dipotong maka tunas lateral
akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apikal. Inilah yang
menjadi penyebab kecambah yang berada di tempat gelap lebih cepat pertumbuhan
tingginya, dibandingkan dengan kecambah yang berada di tempat terang
Gambar
2.3Sifatauksin yang menjauhimatahari
Maristem
apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari
apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan merangsang
pertumbuhan sel-sel tersebut, yaitu sekitar 10-8 sampai 10-3M. pada konsentrasi
yang lebih tinggi, auksin bisa menghambat pemanjangan sel. Hal ini barangkali
disebabkan oleh tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain,
yaitu etilen, yang umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan tumbuhan
akibat pemanjangan sel.
Kecepatan
auksin menuruni batang dari apeks tunas sekitar 10 mm/jam, jauh lebih cepat
untuk ukuran difusi, meskipun lebih lambat dari pada translokasi pada floem.
Auksin kelihatannya diedarkan langsung melalui jaringan parenkim, dari satu sel
ke sel berikutnya. Auksin berpindah hanya dari ujung tunas ke pangkalnya, bukan
dengan arah sebaliknya. Transpor auksin searah ini disebut transport polar.
Transpor polar tidak memiliki kaitan sama sekali dengan gravitasi, karena
auksin bergerak kea rah atas pada percobaan dimana suatu segmen batang atau
potongan koleoptil ditempatkan terbalik. Transport polar auksin memerlukan
energy.
Mekanisme
dari transport polar auksin merupakan satu contoh kerja seluler yang digerakkan
oleh kemiosmosis, pemanfaatan gradient H+ yang dibangkitkan oleh pompa proton.
Menurut
hipotesis pertumbuhan asam, pompa proton yang terletak didalam membran plasma
memainkan peranan dalam respons pertumbuhan dari sel-sel terhadap auksin. Pada
daerah pemanjangan suatu tunas, auksin merangsang pompa proton, yaitu suatu
tindakan yang menurunkan pH pada dinding sel ( gambar 1.1 ). Pengasaman dinding
ini mengakibatkan enzim-enzim yang memecahkan ikatan silang (ikatan hydrogen)
yang terdapat antara mikrofibril-mikrofibril selulosa, sehingga melonggarkan
serat-serat dinding sel. Karena dindingnya sekarang lebih plastis, sel bebas
mengambil tambahan air melalui osmosis dan bertambah panjang. Namun agar bias
tumbuh terus setelah perubahan awal ini, sel-sel harus membuat lebih banyak
sitoplasma dan bahan dinding. Auksin juga merangsang respons pertumbuhan
berkelanjutan ini.
Efek lain
auksin , selain merangsang pemanjangan sel untuk pertumbuhan primer, auksin
mempengaruhi pertumbuhan sekunder dengan cara menginduksi pembelahan sel pada
kambium dan dengan mempengaruhi diferensiasi xylem sekunder. Auksin juga
mningkatkan aktivitas pembentukan akar adventif pada pangkal potongan dari
suatu batang, suatu efek auksin yang digunakan dalam budang hortikultura dengan
cara mencelupkan potongan-potongan batang di dalam media perakaran yang
mengandung auksin sintetik. Benih yang sedang berkembang juga mensintesis
auksin, yang meningkatkan pertumbuhan buah pada banyak tumbuhan. Auksin
sintetik disemprotkan ke pohon tomat untuk menginduksi perkembangan buah tanpa
perlu melakukan penyerbuakan. Ini memungkinkan kita untuk menanam tomat tanpa
biji dengan menggantikan auksin dalam keadaan normal akan disintesis oleh biji.
2.3
Sitokinin
Sitokinin (
cytokinin ) ditemukan pada waktu para saintis sedang melakukan upaya uji coba
untuk menemukan aditif kimiawi yang bias meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan sel tumbuhan di dalam kultur jaringan. Pada tahun 1940-an johanes
van Overbeek yang bekerja pada Cold Spring Harbor Laboratory di new York,
menemukan bahwa ia dapat merangsang pertumbuhan embrio tumbuhan dengan cara
menambahkan santan, endosperma cairdari biji kelapa raksasa, ke media
kulturnya. Satu decade sesudahnya, Folke skoog dan Carlos O. Miller, di
university of Wisconsin, menginduksi pembelahan sel tembakau yang sedang
ditumbuhkan dalam kultur dengancara menambahkan sempel DNA yang sudah membusuk.
Unsure penyusun aktif pada kedua adiktif itu ternyata adalah bentuk-bentuk
adenine yang sudah termodifikasi, yaitu salah satu komponen asam-nukleat.
Pengatur-pengatur pertumbuhan ini diberi nama sitokinin karena mereka
merangsang sitokinesis atau pembelahan sel. Dari berbagai macam sitokinin yang
terdapat secara alamiah pada tumbuhan yang paling umum adalah zeatin, yang
dinamai demikian karena senyawa ini pertama kali ditemukan pada jagung ( Zea
mays ) setelah mempelajari beberapa fungsi sitokinin, perhatikan bahwa
hormon-hormon ini diperkuat atau diperlemah oleh hormon-hormon lain khususnya
auksin.
Sitokinin
dihasilkan di dalam jaringan-jaringan yang tumbuh secara aktif khususnya di
dalam akar, embrio dan buah. Sitokin yang dihasilkan pada akar akan mencapai
jaringan sasaranya dengan cara bergerak naik sepanjangtumbuhan itu dalam getah
xylem. Bersama-sama dengan auksin, sitokinin merangsang pembelahan sel dan
mempengaruhi jalur diferensiasi.
Pengaruh
sitokinin terhadap sel-sel yang tumbuh pada kulit jaringan member petunjuk
bagaimana kelompok ini berfungsi didalam suatu tumbuhan yang utuh.ketika
potongan parenkhima dari batang dibiakkan tanpa sitokinin, sel- sel itu akan
tumbuh sangat besar tapi tidak membelah diri. Jika hanya sitokinin saja yang
ditambahkan ke dalam kulit tidak aka nada pengaruh apapun. Namun, jika
sitokinin ditambahkan bersama-sama dengan auksinsel-sel akan membelah. Rasio
sitokinin terhadap auksin mengontrol diferensiasi sel. Ketika konsentrasi kedua
hormon itu hamper sama, masa aka terus bertambah, namun tetap sebagai kalus
yang tidak terdiferensiasi. Jika sitokinin lebih banyak dari auksin, tunas
batang akan berkembang dari kalus tersebut. Jika auksin lebih pekat
dibandingkan dengan sitokinin, akar akan terbentuk. Adalah hal yang sangat luar
biasa bahwa ekspresi gen dapat dikontrol sedemikian ekstensif hanya dengan
memanipul konsentrasi dua sinyal kimia tersebut.
Sitokinin
dapat menghambat penuaan beberapa organ tumbuhan, kemungkinan dengan menghambat
perombakan proteindengan merangsang sintesis RNA dan protein dan dengan
memobilisasi zat-zat makanan dari jaringan disekitarnya. Jika daun yang
dipotong dari suatu tumbuhan direndam dalam larutan sitokinin, daun tersebut
akan tetap hijau lebih lama dibandingkan dengan yang tidak direndam.
Kemungkinan sitokinin juga memperlambat penurunan kondisi daun pada tumbuhan
utuh yang masih hidup. Karena pengaruh anti penuaan ini, para para penjual
bunga menyemprotkan sitokinin untuk mempertahankan potongan bunga agar tetap
segar.
2.4 Giberelin
Beberapa
abad yang lalu petani di asia mengamati beberapa benih yang tumbuh luar biasa
tinggi di sawahnya. Sebelum bibit padi ini dewasa dan berbunga, padi tumbuh
sedemikian tinggi dan kurus sehingga roboh. Di jepang, kelainan pola
pertumbuhan ini dikenal sebagai bukanea, atau “ Penyakit Benih Bodoh “ pada
tahun 1926, E. Kurosawa, seorang saintis jepang menemukan bahwa penyakit itu
disebabkan oleh genus gibbereila. Pada akhir tahun 1930-an, saintis jepang
telah meyakini bahwa fungsi menyebabkan pemanjangan padi secara berlebihan
dengan cara mensekresi suatu bahan kimia, yang diberi nama giberelin. Saintis
barat akhirnya mengetahui dan mempelajari giberelin setelah PD II. Selama 30
tahun belakangan, saintis telah mengidentifikasi lebih dari 80 giberelin yang
berbeda yang ditemukan secara alami dalam tumbuhan, meskipun jumlahnya jauh
lebih sedikit dalam setiap spesies tumbuhan. Benih padi yang jelek
kelihatannya, menderita kelebihan dosis pengaturan pertumbuhan yang biasanya
ditemukan dengan konsentrasi yang lebih rendah pada tumbuhan lain. Giberelin
mempunyai berbagai pengaruh pada tumbuhan yaitu:
1.
Pemanjangan batang
Akar dan
daun muda merupakan tempat utama produksi giberelin. Giberelin merangsang
pertumbuhan pada daun dan batang, akan tetapi sedikit pengaruhnya pada
pertumbuhan akar. Pada batang, giberelin merangsang pemanjangan sel dan
pembelahan sel. Pada batang yang sedang tumbuh, giberelin dan auksin harus
bekerja bersama secara sinergis dengan mekanisme yang masih belum kita pahami.
2.
Pertumbuhan buah
Perkembangan
buah adalah khasus lain dimana kita dapat mengamati control auksin dan
giberelin. Pada beberapa tumbuhan, kedua hormon itu harus ada supaya dapat
berbuah. Aplikasi komersial giberelin yang paling adalah penyemprotan buah
anggurThompson yang tidak berbiji. Hormon tersebut menyebabkan buah anggur
tumbuh lebih besar dan terpisah jauh satu sama lain.
3.
Perkecambahan
Banyak benih
memiliki giberelin dalam konsentrasi tinggi, khususnya pada embrio. Setelah air
diimbibisipembebasan giberelin dari embrio akan memberikan sinyal pada biji
untuk mengakhiri dormansinya dan berkecambah. Beberapa biji yang memerlukan
kondisi lingkungan yang khusus untuk dapat berkecambah, seperti pemaparan pada
cahaya atau suhu dingin, akan mengakhiri dormansinya jika biji tersebut diberi
perlakuan dengan suatu larutan giberelin. Di alam, giberelin dalam biji
kemungkinan merupakan penghubung antara petunjuk lingkungan dengan proses
metabolik yang memperbaharui kembali pertumbuhan embrio.
2.5 Asam
Abisat
Hormon yang
telah kita pelajari sejauh ini yaitu auksin,sitokinin dan giberelin, umumnya
merangsang pertumbuhan tumbuhan.sebaliknya, terdapat masa pada kehidupan
tumbuhan yang sangat menguntungkan apabila tumbuhan memperlambat pertumbuhan
dan mengambil suatu keadaan dorman (istirahat). Hormon asam abisat (Abscisic
acid, ABA), yang dihasilkan pada tunas terminal, akan memperlambat pertumbuhan
dan mengarahkan primordial daun untuk berkembang menjadi sisik yang akan
melindungi tunas yang dorman pada musim dingin. Hormon tersebut juga menghambat
pembelahan sel kambium pembuluh. Dengan demikian, ABA tersebut membantu
mempersiapkan tumbuhan untuk menghadapi musim dingindengan cara menghentikan
pertumbuhan primer dan sekunder.
Tahapan lain
dalam kehidupan suatu tumbuhan yang menguntungkan apabila pertumbuhan dientikan
adalah pada saat permulaan dormansi biji, dan kemungkinan asam abisatlah yang
bertindak sebagai penghambat pertumbuhan. Biji akan berkecambah ketika ABA
dihambat dengan cara membuatnya tidak aktif, atau dengan membuangnya atau
melalui peningkatan aktivitas giberelin. Biji beberapa tumbuhan gurun
mengakhiri dormansinya ketika hujan lebat melunturkan ABA dari biji. Biji
tumbuhan lain memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu perombakan asam
abisat. Pada sebagian besar khasus, rasiao ABA terhadap giberelin akan
enentukan apakah biji itu akan tetap dorman atau berkecambah.
Selain
peranannya sebagai suatu penghambat pertumbuhan, asam abisat bertindak sebagai
hormon “cekaman”, yang membantu tumbuhan dengan menghadapi kondisi yang buruk.
Sebagai contoh, ketika suatu tumbuhan mulai layu, ABA akan terakumulasi di daun
dan menyebabkan stomata menutup, mengurangi transpirasi dan kehilangan air
lebih banyak. Fungsi ini bergantung pada ABA yang berasal dari akar. Pada
beberapa khasus, kekurangan air dapat member cekaman pada sistem akar sebelum
menekan sistem tunas, dan ABA yang di angkut dari akar ke daun bias berfungsi
sebagai “sistem peringatan didi”
2.6 Etilen
Pada awal
abad kedua puluh, jeruk dimatangkan dengan “memeram” dalam lumbung yang
dilengkapi dengan komporminyak tanah. Petani buah yakin bahwa panas itulah yang
mematangkan buat itu, akan tetapi kompor baru yang pembakarannya lebih bersih
tidak menyebabkan buah menjadi matang. Para ahli fisiologi tumbuhan kemudian
mempelajari bahwa pematangan dalam lumbung sesungguhnya disebabkan oleh etilen,
yaitu suatu gas hasil samping pembakaran minyak tanah. Para peneliti kemudian
menunjukkan bahwa tumbuhan menghasilkan etilennya sendiri sebagai hormon, dan
hormon ini memicu berbagai macam respons selain pematangan buah. Etilen berbeda
dari hormon tumbuhan lainnya karena hormon etilen berwujud gas. Etilen
berdifusi ke dalam tumbuhan melalui ruangan udara di antara sel-sel. Etilen
yang terlarut dapat masuk dari satu sel ke sel lain melalui simplas.
Pada
beberapa khasus, etilen bertindak dalam penghambatan pemanjangan sel. Banyak
pengaruh penghambatan yang dulu di anggap disebabkan oleh auksin, sekarang
diyakini disebabkan oleh sintesis etilenyang diinduksi oleh konsentrasi auksin
yang tinggi. Sebagi contoh, kemungkinan etilenlah yang menghambat pemanjangan
akar dan perkembangan tunas aksiler dalam kondisi auksin berlebih. Selain
peranannya sebagai inhibitor pertumbuhan, etilen juga dikaitkan dengan berbagai
proses penuaan pada tumbuhan.
Penuaan atau
senesens adalah perkembangan dari perubahan yang tidak dapat berbalik arah
yangakhirnya menuju pada kematian. Sebagai suatu bagian normal dari
perkembangan tumbuhan, senesens bias terjadi pada individu tahap sel,seluruh
organ atau seluruh tumbuhan. Unsur pembuluh xylem dan sel gabus menua dan mati
sebelum mendapatkan fungsi khususnya. Daun musim gugur dan mahkota bunga yang
layu adalah contoh organ senesens. Tumbuhan tahunan menua dan mati setelah
berbunga. Pada proses penuaan yang telah banyak dipelajariyang dipengaruhi
horinon adalah pematangan buah dan pengguguran daun
Beberapa
erubahan struktur dan metabolisme menyertai pematangan ovarium menjadi buah.
Diantara perubahan ini, termasuk juga perombakan dinding sel yang melunakkan
buah dan penurunan kandungan klorifil yang menyebabkan kehilangan warna
kehijauan, dapat dianggap sebagai proses penuaan. Etilen memicu dan mempercepat
perubahan tersebut, juga menyebabkan beberapa jenis buah yang matang jatuh dari
pohon.
Kehilangan
daun setiap musim gugur merupakan adaptasi pohon untuk menjaga agar dirinya
tidak mengalami kekeringan selama musim dingin karena akar tidak dapat menyerap
air tanah yang membeku. Sebelum daun gugur, banyak zat-zat nutrisi esensial
dialirkan ke jaringan penyimpanan dalam batang. Zat-zat nutrisi ini didaur
ulang kembali untuk membentuk daun pada musim semi berikutnya. Daun musim gugur
akan berhenti membuat klorofil yang baru sehingga kehilangan warna hijaunya.
Warna musim gugur adalah kombinasi pigmen yang barudibuat selama musim gugur
dan pigmen yang sebelumnya telah ada pada daun, akan tetapi diselubungi oleh
klorofil yang berwarna hijau gelap.
Absisi
dikontrol oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin. Auksin yang dihasilkan
oleh daun yang menua akan semakin sedikit. Pergeseran dalam keseimbangan
hormonal ini memperkuat tumbuhan itu sendirikarena sel dalam lapisan absisi
muali menghasilkan tambahan absisi, yang menghambat sintesis auksin oleh daun.
Karena pengaruh etilen pada lapisan absisi masih ada, sel akan menghasilkan
enzim yang mencerna selulosa dan komponen lain pada dinding sel.
2.7
Oligosakarin
Oligosakarin
(oligossaccaharin) adalah gula berantai pendek yang dilepaskan dari dinding sel
melalui kerja enzim hidrolitik pada selulosa dan pektin. Hormon ini memicu
respon pertahanan tumbuhan akibat masuknya pathogen. Oligosakarin juga membantu
mengatur pertumbuhan ,diferensiasi seluler dan perkembangan bunga.
2.8
Brasinostreroid
Brasinostreroid
adalah nama yang diberikan karena strukturnya (brasinosteroid adalah steroid
yang secara kimiawi mirip dengan kolesterol dan hormon kelamin hewan) dan asal
tumbuhan dimana mereka ditemukan pertama kali (anggota family mustard
brassicaceae). Hormon ini sekarang diketahui ada pada seluruh kingdom tumbuhan
dan diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal.Sebagai
contoh,suatu mutan Arabidopsis dengan pertumbuhan yang sangat terhambat akan
tumbuh secara normal jika diterapi dengan brasinosteroid tertentu.para peneliti
telah melacak mutasi sampai pada gen yang secara normal mengkode salah satu
enzim yang diperlukan untuk sintetis hormon steroid ini.
BAB IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Hormon
tumbuhan adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat
kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per
liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan (taksis) tumbuhan. Hormon tumbuhan ada yang berfungsi sebagai pemicu
pertumbuhan seperti hormon etilen, hormon geberelin, hormon sitokinin dan
hormon auksin.Ada juga hormon yang berfungsi sebagai penghambat tumbuhan
seperti hormon asam absisat dan hormon pertahanan terhadap patogen seperti
hormon oligosakarin. Dengan adanya hormon-hormon tersebut tumbuhan dapat
menyesuaikan diri untuk tetap bertahan hidup menghadapi kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan.
3.2 Saran
Adapun
saran-saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini dalah:
3.2.1
Ketahuilah hormon-hormon yang terdapat pada tumbuhan dan fungsinya agar mampu
memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3.2.2
Demikianlah makalah ini kami susun. Apabila terdapat kesalahan dalam makalah
ini kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan
demikian kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggorowati,
Sulastri. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Penerbit Universitas Terbuka
Tim
Penyusun, 2003. Biologi 2A Kelas 2 SMU Semester 1. Klaten: Intan Pariwara
Itulah menenai materi atau makalah tentang Hormon Yang Ada Pada Tumbuhan (Fitohormon), semoga artikel ini bermanfaat untuk semua,,, salam biologi untuk semua, mari kita berkarya untuk masa deopan yang lebih baik,,,,, Silahkan di Download ya.
Terima kasih ya...
ReplyDelete