BAHAN PENCUCI/ PEMBERSIH PADA LAUNDRY
Air, akali, detergent, bleach,é sour, dan starch merupakan bahan pencuci utama yang digunakan di laundry. Kegunaan dan fungsi masing-masing bahan pembersih diuraikan secara terpeninci berikut ini.
1. Air
Air merupakan media pembersih paling utama dalam kegiatan pencucian secara laundry. Sifat dan jenis air akan sangat berpengaruh pada daya cuci obat-obatan pembersih lainnya sehingga ia memegang peranan penting dalam menghasilkan cucian yang bersih.
Untuk mengetahui kualitas air yang baik, biasanya dilakukan berbagai analisa/tes terhadap kandungan air tersebut, yakni kesadahan (untuk mengetahui kandungan kapur yang terdapat dalam air tersebut), pH (untuk mengetahui tingkat keasaman air yang disebabkan oleh banyaknya ion hidrogen; air yang baik adalah yang memiliki pH netral =7), alkalinitas (menghitung jumlah senyawa natrium dan kalium yang terdapat di dalam air yang dilambangkan dengan Na,Oditer air).
Sifat air juga sangat dipengaruhi oleh sumbernya. Sumbersumber air itu di antaranya sebagai berikut:
a. Air hujan: Sumber air ini berasal dari butiran-butiran air yang jatuh dari awan yang menyerap gas dan berbagai partikel di udara, termasuk berbagai pengotor atmosfer, seperti karbondioksida, garam-garam amonium, nitrat, klorida, sulfat, dan lain-lain. Oleh karena itu, sifat asam aif ini sangat tinggi.
b. Air sungai: Kondisi dan lingkungan sekitar daerah yang dilewati oleh aliran sungai ini akan sangat memengaruhi kualitas air yang dihasilkan, baik kejernihannya maupun tingkat pH airnya.
c. Air mata air: Air ini umumnya mengandung kesadahat yang cukup tinggi karena kandungan CO2 yang didapat dari berbagai garam kalsium dan magnesium karbonat. Air sepert! ini biasanya kita jumpai pada air sumur atau air tanah.
d. Air ledeng: Air ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, namun setelah melalui berbagai proses, terutama proses penjernihan dan penetralan kandungan kimia (termasuk tingkat keasaman), air ini menjadi air yang paling baik untuk proses pencucian.
Karena tidak semua tempat memiliki pelayanan air ledeng, untuk memenuhi kebutuhan air yang layak bagi proses pencucian, di akhir proses penjernihan biasanya ditambahkan zat pelunak air (water softener). Efektivitas detergen dalam mengangkat kotoran sangat dipengaruhi oleh kondisi kesadahan air. Semakin tinggi kesadahannya, semakin sulit detergen bekerja untuk mengangkat kotoran dari serat kain. Oleh sebab itu, diperlukan pelunak air atau sequestrant yang fungsi utamanya untuk menurunkan kesadahan dengan cara mengikat ion-ion kalsium, magnesium dalam air.
2. Alkali/Alkaline Builder
Akali mampu menetralisasikan kondisi asam resapan cucian dengan mengendapkan ion-ion (muatan listrik) yang berada pada satu air cucian kotor sampai ke dasar yang paling bawah dan berfungsi sebagai mediator yang baik untuk mengurangi tegangan permukaan antara sabun dan minyak sehingga keduanya dapat bergabung bekerja sama membersihkan noda-noda pakaian.
Alkaline builder dapat diberikan secara terpisah pada saat perendaman atau dicampurkan dengan soap/detergen pada saat proses pencucian (sudsing). Fungsi utamanya adalah membantu sepenuhnya aktivitas dan efektivitas dari soap/detergen untuk mengangkat dan melepaskan noda, kotoran, dan minyak dari kain sehingga menghasilkan Kualitas cucian yang baik.
Bahan kimia membuat suasana pencucian pada pH >7 dan menjadi Basa (pH 13). Karena tingkat kKesadahannya yang tinggi (Ph 10-12), lemak dan minyak akan lebih mudah diemulsikan dan menetralisasi pengotoran yang bersifat asam. Pemakaiannya bergantung pada tingkat pengotoran, umumnya berkisar antara 5-10 gr/kg cucian. Alkaline memiliki ciri-ciri fisik tidak berbau/ odorless, terasa panas bila dipegang tangan, dan gatal pada kulit tangan.
3. Soap atau Detergen
Fungsi utama soap atau sabun yang lebih dikenal dengan nama detergen adalah mengeluarkan, mengangkat, melarutkan serta mencegah kotoran tidak kembali menempel pada serat benang. Pengotor-pengotor yang menempel di pakaian biasanya memiliki ikatan kimia yang kuat pada serat pakaian. Oleh sebab itu, diperlukan bahan pencuci yang mampu menurunkan/melepaskan ikatan tersebut.
Bahan pencuci tersebut adalah detergen. Kandungan kimia utama dalam detergen adalah zat surfactant. Zat ini memiliki
kekuatan aktif untuk merendahkan permukaan suatu sistem. Untuk sistem pakaian/kotoran, semakin kuat ikatan antara pakaian dan kotoran, semakin kuat pula tegangan permukaannya. Karena kuatnya ikatan-ikatan/pakaian, air sebagai media yang dipakaj dalam proses pencucian akan sulit sekali membasahi sistem ini, namun dengan penambahan surfactant, tegangan permukaan antara pakaian dan pengotor akan turun, sampai akhirnya sistem ini dapat dibasahi. Akibatnya, kotoran akan lebih mudah terlepas dan pakaian.
Di Laundry, ada 3 jenis surfactant yang umum dipergunakan, yakni:
a. Anionic surfactant: Di dalam air, surfactant jenis ini akan terurai menjadi ion-ion bermuatan (+) dan (—), tetapi hanya molekul surfactant (-) yang bekerja. Oleh karena itu, surfactant jenis ini sangat efektif bekerja dalam lingkungan basa (pH > 7). Contohnya RSO3, -Na*.
b. Cationic surfactant: Di dalam air, surfactant jenis ini juga akan terurai menjadi ion-ion bermuatan (+) dan (-), tetapi hanya molekul surfactant (+) yang bekerja efektif. Oleh karena itu, surfactant jenis ini bekerja dalam lingkungan asam (pH < 7). Contohnya R NH4, +Cl.
c. Nonionic Surfactant: surfactant jenis ini molekulnya tidak terurai di dalam air sehingga mampu bekerja efektif baik dalam lingkungan asam (pH < 7) ataupun lingkungan basa (pH >7). Contohnya RO(C2H4O) -H.
Dari ketiga jenis surfactant di atas, jenis detergen yang paling banyak digunakan adalah yang bersifat Nonionic dengan pertimbangan dapat bekerja efektif di semua kondisi air, tidak
menghasilkan banyak busa, serta mampu membersihkan kotoran dan bau keringat. Jenis inilah yang paling banyak digunakan dalam industri laundry karena dapat menghemat air, waktu, mesin dan energi/ tenaga (baik listrik maupun manusianya) yang pada akhirnya akan menghemat biaya yang dikeluarkan. Selain itu, jenis ini juga ramah lingkungan (biodegradable) saat dibuang ke saluran air sehingga tidak membunuh biota air dan mencemari lingkungan. Di samping itu, mudah larut dalam air sehingga proses pelepasan kotoran dapat berlangsung dengan cepat.
Dalam proses pencucian, ke dalam detergen juga ditambahkan zat-zat lain yang berfungsi membunuh bakteri/kuman. Biasanya, ditambahkan juga bahan untuk melicinkan, melembutkan, dan melunakan permukaan pakaian, dan aroma/bau yang wangi dan menyegarkan. Selama ini, di pasaran dikenal 4 bentuk detergen, mulai dari yang berbentuk bubuk/powder, kristal/butiran, fiquid/ cair hingga pasta/mie (flake).
4. Chlorine Bleach
Pemutih atau bleach bukan untuk menghilangkan noda pada pakaian. Fungsi utama pemutih adalah menghilangkan bayangan bekas noda (filming) yang masih tertinggal pada permukaan pakaian, serta sebagai optical brightener (membuat pakaian menjadi cemerlang).
Ciri khas bleach atau pemutih adalah baunya yang menyengat. Cairan pengelantang ini memberikan kekuatan istimewa yang aman bagi cucian putih. Cairan ini cepat larut dalam air sehingga proses pelepasan noda berlangsung cepat, juga bisa menghilangkan bau dan sisa kotoran di kain. Di samping itu, juga berfungsi membunuh kuman (desinfectant atau bacteria destroying agent).
Tingkat kesadahan pemutih paling tinggi di antara bahan pembersih lainnya (berkisar antara Ph12-14). Bleach akan efektif pada larutan air dengan suhu 40-50°C, dalam pH 10-11. Dosis penggunaannya yakni 1-39r/kg cucian putih. Perlu diketahui bahwa tidak semua bleach dapat dipakai dalam proses pencucian. Di Pasaran terdapat 2 jenis bleach yang dikenal, yaitu dry bleach yang digunakan untuk Laundry dan tropical bleach yang digunakan untuk kolam renang.
5. Oxygen (Oxy) Bleach, Hydrogen Peroxide (H2O2)
Selain chlorine bleach, ada lagi cairan pengelantang yang diformulasikan khusus untuk melepaskan noda, kotoran dari bahan tekstil alami, sintetis dan katun polyester berwarna dan tidak memudarkan material/tekstil. Cairan itu ialah Oxygen Bleach atau Hydrogen Peroxide. Cairan ini bekerja efektif pada
suhu 7O°C-80°C dan pH 10-11.5, dengan takaran penggunaan sebanyak 1-3 mi/kg cucian berwarna. Bahan kimia ini memitik; efek negatif, yaitu menyebabkan gatal-gatal dan panas apabila terkena kulit. Oleh karena itu, setiap kali memakai bleach jenis ini diwajibkan menggunakan pengaman berupa sarung tangan dan masker.
Bleach sebaiknya disimpan dalam kemasan yang terbuat darj bahan plastik atau kaca dan disimpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung. Penanganan yang demikian disebabkan oleh sifat korosif bleach sehingga apabila disimpan dalam kemasan yang terbuat dari metal (drum/kaleng), bleach bisa berkarat dan beriubang. Selain itu, bleach juga mengandung gas klor yang dapat menyebabkan Jedakan.
6. Sour (Neutralizer)
Dalam proses pencucian, sour berfungsi untuk menetralisasi sisa-sisa alkali yang masih berada dalam pakaian, termasuk sisa soap/detergen dan bleach pada saat pencucian baik dalam larutan dingin maupun hangat. Jika cucian masih banyak mengandung sisa alkali, saat selesai disetrika warna pakaian akan terlihat kekuning-kuningan (yellowish). Oleh sebab itu, adanya sour akan mengurangi kerusakan tekstil atau efek Kkuning akibat unsur pengelantang chlorine.
Sour berciri fisik tidak berbau/odorless, terasa dingin bila dipegang, dan ber-pH 6. Jumlah penggunaan sour yang harus ditambahkan akan bergantung pada banyaknya ion alkali. Umumnya, dipakai pada saat pembilasan terakhir (final rinse) dengan dosis penggunaan + 2-3gr/kg cucian.
7. Softener
Softener berupa cairan kental berwarna yang mengandung pelembut sehingga terasa nyaman di kulit. Kationik yang dimilikinya bersifat pembunuh bakteri untuk semua jenis katun, sintetis, dan wol sehingga menjadi lembut, halus, dan harum dan memudahkan saat pakaian disetrika. Softener memiliki PH 6,5 dan digunakan pada pembilasan terakhir.
Pemakaiannya harus sesuai dengan takaran terutama pada linen-linen berwarna putih. Jika pemakaiannya berlebihan, kemampuannya mengikat zat besi (Fe) akan menyebabkan warna kekuningan (yellowish) pada linen tersebut dan daya serapnya berkurang karena terlalu banyak lilin yang melindungi serat (fiber). 8. Starch
Starch sering disebut kanji. Umumnya, starch berbentuk bubuk (Qowder) dan berguna untuk mengeraskan/membuat kaku beberapa jenis linen sehingga memudahkan dalam pelicinan dan
penggunaannya nanti. Linen yang sering menggunakan Starch dalam proses pencuciannya paling banyak berasal dan Food & Beverage, seperti napkin dan table cloth. Sementara mtu, semua jens towel tdak diperkenankan menggunakan starch karena akan membuat towel akan kaku/keras dan menyebdabkan iritasi pada kult pemakainya.
No comments:
Post a Comment