UPACARA MANUSA YADNYA DALAM AGAMA HINDU
Selamat datang di blog pecinta IPA dimanapun berada, sekarang admin akan membahas mengenai UPACARA MANUSA YADNYA DALAM AGAMA HINDU yang sudah tidak asing lagi kita sebagai umat Hindu. Upacara sendiri memiliki arti, mengapa semua ada upacaranya ? ini dimaksudkan semua yang ada di dunia ini milik beliau, tuhan yang maha kuasa, semua terjadi karena kehendaknya. kita hanya bisa berharap dan berusaha agar bisa menjadi lebih baik lagi. sebelumnya izinkan admin mengucap salam panganjali umat terlebih dahulu " Om Swastyastu" Nah mari kita bahas bersama-sama.
A. Pengertian Manusa Yadnya
Sebelum kita membahas pengertian manusa yadnya , timbul pertanyaan, kenapa manusia dilahirkan ?? Sebagaimana kita ketahui bersama berdasarkan sastra dan dan keyakinan umat beragama hindu bahwa menjelma kembali '' reinkarnasi '' menjadi manusia adalah merupakan anugrah Ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada yang bersangkutan untuk memperbaiki karmanya yang kurang baik pada dulu menjadi lebih baik, sehingga pada suatu saat nanti dapat bersatu dengan Sang Pencipta. Demikianlah menjelma kembali sebagai manusia adalah merupakan kesempatan yang sangat baik, karena dapat memperbaiki kesalahan, kekurangan dan keburukan yang pernah dilakukan pada penjelmaan terdahulu yang mengantarkan bersangkutan mesti menjelma kembali.
Jadi berdasarkan hal tersebut pengertian manusa yadnya adalah korban suci yang tulus untuk memelihara dan menyucikan lahir bhatin manusia sejak terjadi pembuahan dalam kandungan sampai akhir hidupnya. Pembersihan dan penyucian lahir bhatin manusia selama hidupnya dipandang perlu agar dapat menerima ilham atau petunjuk dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dalam hidupnya tidak menempuh jalan sesat melainkan dapat berfikir, berbicara dan berbuat baik dan benar.
B. Jenis dan makna upacara manusa yadnya
Berikut ini akan saya tuliskan mengenai jenis-jenis dan maknanya dari upacara manusa yadnya.
Upacara Magedong -gedongan
a. Upacara Magedong-gedongan.
Upacara magedong-gedongan adalah upacara bayi semasih dalam kandungan, setelah kehamilan 5 bulan bali atau 6 bulan kalender. Pada bulan ini bayi baru dianggap sempurna dan sudah berbentuk manusia. Sumber dalam Lontar Kuna Dresthi.
b. Upacara Bayi baru lahir
Begitu bayi baru lahir maka ari-ari dibersihkan dengan sabun, kemudian ditaruh di dalam periuk kecil yang ada tutupnya. Di bagian atas kelapa atau periuk ditulis aksara Ong kara, sedangkan di bagian bawahnya ditulis aksara Ah kara, lalu diisi duri terung, mawar dan lekesan. Base lekesan ditulis aksara a, na, ca, ra, ka, da. Kemudian disebur dengan mesuwi dan jangu. Kemudian ditanam agar tidak diganggu binatang.
Maknanya adalah untuk menghormati kekuatan magis catur sanak ( yeh nyom, lumas, darah dan ari-ari ) yang menolong si bayi saat dilahirkan dan melindungi si bayi sampai kepus puser.
c. Upacara Kepus Puser
Biasanya begitu puser bayi lepas dari perutnya, dimasukkan ke dalam sebuah ketupat dibungkus dengan kain putih, dan diikatkan di tangan atau di pintu kamar bagian atas. maknanya adalah agar bersih secara rohaniah segala alat atau rarana yang ada di lingkungan si bayi, sebab sebelumnya masih dalam keadaan kotor ( reged ). Dan pada saat itu pula si ibu bayi dalam keadaan bersih dari kotoran disaat melahirkan.
d. Upacara Penglepas Hawon
Setelah bayi berumur 12 hari dibuakan penglukatan dan sembahyang agar si bayi dalam keadaan selamat.
Makna upacara ini adalah pertanda bahwa si bayi baru bersih dari kotoran lamas ( bekas kotoran yang terbawa dari perut ibu ).
e. Upacara Tutug Kambuh
Upacara bayi setelah berumur 42 hari disebut pecologan yaitu upacara pengembalian nyama bajang dan pembersihan si ibu dengan mebersih dan mebanyu awang sehingga dapat memasuki tempat suci.
maknanya adalah mulai hari itu ibu si bayi telah bersih dari kotopran semasa melahirkan bayi dan dianggap sudah tidak kotor ( leteh ) dalam hal yang sakral.
Upacara Telu bulanan
f. Upacara Nyambutin ( tiga bulanan )
Upacara bayi setelah umur 3 bulan sering disebut nelubulanin dan tuun tanah. Makna upacara ini agar jiwa / atman si bayi benar-benar menyatu dengan raga si bayi dan sebagai penegasan nama si bayi dan memohon waranugraha ke hadapan ibu pertiwi agar diizinkan mengijakkan kaki.
g. Upacara otonan
Upacara bayi setelah 6 bulan atau 210 hari sebagai ulang tahun kelahiran. Biasanya diadakan upacara potong rambut. Maknanya upacara ini adalah sebagai hari peringatan hari lahir si bayi. Pembersihan rambut berarti pembersihan siwadwara ( fikiran ) dan didaftarkan pada pura desa , sebagai pernyataan sebagai penduduk baru.
h. Upacara Ngempungin ( tumbuh gigi )
Upacara mulainya gigi tumbuh, sebelum matahari terbit ( surya sewana ) sudah mulai jalan upacaranya. Makna upacara ini memohon kehadapan sang hyang surya, hyang brahma, dewi sri, agar gigi si bayi tumbuh baik, putih
i. Upacara Makupak ( makepus)
Upacara ini dilaksanakan pada saat gigi mulai ketus atau tanggal dengan banten pebyakalan, sesayut dan tebasan. Maknanya agar gigi berikutnya besih dan sehat / kuat.
j. Upacara Munggah Deha-Teruna
Upacara ini dilaksanakan pada saat sudah menginjak dewasa dengan ciri pria suaranya membesar dan perempuan mulai menstruasi. Untuk memuja sang hyang semara ratih. Maknanya ini agar mulai mawas diri karena sudah mulai menginjak dewasa dan mengindarkan diri dari godaan bubungan muda-mudi.
Upacara potong Gigi
k. Upacara Mepandes ( potong gigi )
Upacara ini dapat disatukan dengan upacara munggah deha teruna, setelah natab byakala langsung ke upacara potong gigi serta
dilanjutkan dengan upacara mapetik ( ngetep jenggot ). Maknanya adalah peringatan mulai dewasa dengan mengurangi sifat-sifat sad ripu seperti : loba, menipu, suka dipuji, , pearah, menyakiti, memfitnah dan lain-lain.
l. Upacara Mawinten
Upacara ini mulai menuntut ilmu pengtahuan / keagamaan / kernianian. Disini hanya memakai banten pawintenan saraswati dan maknanya agaq dapat mempelajari ilmu veda / weda dan sastra yang dianggap sakral. Dewa yang dipuja adalah bhatara guru dan bhatara ganapati , serta dewi saraswati.
Upacara Pawiwahan dalam agama Hindu
m. Upacara Pawiwahan ( perkawinan )
Upacara perkawinan antara mempelai laki dan perempuan berdasarkan suka sama cinta, didahului dengan upacara pembersihan sukla dan swanita lewat byakala dan pembersihan rohani kedua mempelai dengan upacara prayastika. Maknanya adalah sebagai pengesahan hubungan mempelai dalam menjali6 rumah tangga atau perkawinan sehingga sah. Yang disaksikan oleh bhuta, manusia dan dewa berupa byakala, wakil masyarakat dan banten pejati.
hanya itu yang dapat admin tuliskan jika ada kesalahan mohon dimaklumi, karena saya juga hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. akhir kata saya ucapkan terimakasih. Jika artikel ini bermanfaat, Silahkan download artikel disini.
No comments:
Post a Comment