Makalah Filsafat Ilmu ke-2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan seperti sekarang ini, setiap orang hampir setiap saat dihadapkan dengan logika dan/atau sebaliknya. Secara sederhana dipahami logika itu berpikir secara logis, atau masuk akal. Tidak sedikit kehidupan kita dan sekitar kita menyaksikan dan merasakan sesuatu yang tidak logis, baik menyangkut perihal kemasyarakatan, pemerintahan, kebangsaan, maupun persoalan kelompok dan individu dalam masyarakat, tidak ketinggalan perihal di dunia pendidikan, politik, ekonomi, hingga birokrasi.
Sesuatu yang logis biasanya akan mudah dipahami oleh nalar kita, tetapi sesuatu yang tidak logis kadang bertentangan dengan pikiran dan hati kita. Dalam banyak hal, kita sering mengalami berbagai kejadian yang kita pikir tidak logis, misalkan ada yang jelas-jelas melakukan korupsi dengan uang miliaran rupiah bahkan triliunan, tapi di mata hukum kok sama dengan seorang pencuri seekor ayam. Ada juga yang sudah jelas terbukti bersalah tapi tidak bisa disentuh oleh hukum, ada juga di dunia pendidikan sudah sekolah ke jenjang tertinggi tetapi tidak ada institusi atau dinas pemerintah dan swasta yang dapat menerima dirinya untuk bekerja sehingga harus puas di terminal pengangguran.
Masih terdapat sederet soal yang kadang kita hadapi secara tidak logis dalam kehidupan, sehingga ada yang mengatakan inilah "zaman edan, yakni satu zaman yang diwarnai oleh perihal serba-serbi tidak masuk akal." Tapi ada juga yang mengatakan, sesuatu yang tidak masuk akal itu indah, seindah kebohongannya. Sebab katanya kalau masuk akal, logis dan masuk dalam nalar kita itu sih biasa saja hanya "linier" tapi sesuatu yang irasional itu yang luar biasa, "artinya otak cerdasnya jalan" secara diagonal. Lagi-lagi inilah "zaman edan, logika yang edan, berpikir yang edan, oleh anak negeri yang edan." Namun demikian, atas dasar realitas itulah diperlukan suatu logika dalam kehidupan manusia, agar kita mengetahui kapan saatnya berpikir logis, kapan saatnya kita berpikir tidak logis, setiap tempat dan waktu ada logikanya, setiap logika ada waktu dan tempatnya. Kalau memahami hakikat kedua konsep ini dengan baik dan benar, justru kita dapat menempatkan diri dalam segala keadaan secara proporsional di tengah manusia yang bervariasi tingkat logika dan pemikirannya.
B. Rumusan Masalah
Dengan Pentingnya Logika dan Penalaran dalam Ilmu Pengetahuan, kami menemukan beberapa masalah yang akan kami bahas. Masalah tersebut kami rumuskan antara lain.
1. Apa Pengertian Logika dan Penalaran ?
2. Apa Hakikat Logika ?
3. Apa Logika dan Ilmu Pengetahuan ?
4. Bagaimanakah Bentuk Berpikir dan Bangunan Logika ?
5. Apa Peran Logika dalam Filsafat Ilmu ?
6. Bagaimana Logika Deduktif dan Induktif dalam Ilmu Pengetahuan ?
7. Bagaimana Logika dan Kesesatan Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan ?
8. Apa Perbedaan Logika Berpikir Barat dan Timur ?
9. Bagaimana Logika Berpikir antara Keraguan dan Kepastian ?
C. Tujuan Penulisan
Dengan dasar rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Logika dan Penalaran
2. Untuk mengetahui Hakikat Logika
3. Untuk mengetahui Logika dan Ilmu Pengetahuan
4. Untuk Mengetahui Bentuk Berpikir dan Bangunan Logika
5. Untuk mengetahui Peran Logika dalam Filsafat Ilmu
6. Untuk mengetahui Logika Deduktif dan Induktif dalam Ilmu Pengetahuan
7. Untuk mengetahui Logika dan Kesesatan Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan
8. Untuk Mengetahui Perbedaan Logika Berpikir Barat dan Timur
9. Untuk mengetahui Logika Berpikir antara Keraguan dan Kepastian .
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini, antara lain:
1. Sebagai referensi bagi pembaca dan pengembang materi selanjutnya pada umumnya.
2. Untuk menambah wawasan tentang Logika dan Penalaran dalam Ilmu Pengetahuan pada khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika dan Penalaran
Sejak kehadirannya di muka bumi ini, manusia sudah menggunakan akal fikirannya untuk melakukan dan menyelesaikan suatu masalah. Walaupun pada saat kehadirannya pertama kali di muka bumi jalanfikiran manusia tidak serevolusioner sekarang ini.
Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula cara berpikir manusia manusia sebagai mahluk yang unik berbeda dari mahluk lainnya. Keunikan manusia terletak pikiran yang dimilikinya. Dalam menggunakan fikiran mungkin saja manusia melakukan kesalahan. Cara belajar dari kesalahan yang di perbuat pada dasarnya merupakan karakteristik yang sama pada semua mahluk hidup. Apakah itu pada binatang tingkat rendah, tingkat tingi, apakah itu pada simpanse atau seorang ilmuwan.
1. Logika
Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Penalaran (reasoning) mempunyai beberapa pengertian :
Proses menarik kesimpulan dari pernyataan – pernyataan.
Penerapan logika dan atau pada pemikiran abstrak dalam memecahkan masalah atau tindakan perencanaan.
Kemampuan untuk mengetahui beberapa hal tanpa bantuan langsung persepsi indrawi atau pengalaman langsung.
Penalaran ilmiah merupakan gabungan dari penalaran itu. Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Logika mempelajari masalah penalaran dan tidak semua kegiatan berpikir itu adalah sebuah penalaran. Kegiatan penalaran dalam logika disebut juga dengan penalaran logis. Penalaran adalah proses dari akal manusia yang berusaha untuk menimbulkan suatu keterangan baru dari beberapa keterangan yang sebelumnya sudah ada. Dalam logika, keterangan yang mendahului disebut premis, sedangkan keterangan yang diturunkannya disebut kesimpulan. Penalaran dianggap sebagai konsep kunci yang menjadi pembahasan dalam logika. Penalaran adalah suatu corak pemikiran khas yang dimiliki manusia untuk memecahkan suatu masalah.
Penalaran merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Supaya pengetahuan yang didapat benar maka penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan benar atau mengikuti pola tertentu. Cara penarikan kesimpulan disebut logika. Ada dua cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Induksi merupakan cara berpikir dengan melakukan penarikan kesimpulan yang bersifat umum/general berdasarkan kasus-kasus individu/spesifik. Kentungan kesimpulan yang bersifat umum ini yang pertama adalah ekonomis. Dan yang ke 2 bahwa kesimpulan umum ini memungkinkan proses penalaran berikutnya baik induktif maupun deduktif. Dengan demikian memungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis
Deduksi merupakan cara berpikir untuk melakukan penarikan kesimpulan dari peryataan umum menjadi pernyataan khusus. Penalaran deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Dari premis mayor dan premis minor kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Contoh :
Semua mahluk memiliki mata - premis mayor
Si A adalah makhluk - premis minor
Jadi Si A memiliki mata – kesimpulan
Ketepatan penarikan kesimpulan bergantung pada kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan cara/keabsahan penarikan kesimpulan. Baik logika deduktif maupun induktif menggunakan pengetahuan sebagai premis-premisnya berupa pengatahuan yang dianggapnya benar. Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif untuk menyusun pengetahuannya. Premis yang digunakannya berasal dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.
2. Penalaran Ilmiah
Kemampuan menalarlah yang membedakan manusia dari binatang. Kemampuan menalar ini lah kekuatan manusia yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Binatang juga mempunyai pengetahuan tetapi hanya terbatas untuk bertahan hidup. Manusia mampu mengembangkan kemampuannya karena dua hal, yaitu yang pertama manusia mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan mampu menyampaikan informasi atau pendapat. Hal yangke 2 manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut kerangka berpikir tertentu. Penalaran pada hakikatnya adalah proses berpikir dalam rangka menarik kesimpulan atau menemukan kebenaran. Perasaan meruapakan kegiatan peanarikan kesimpulan yang tidak didasarkan penalaran.
B. Hakikat Logika
Menurut Andre Ata, dkk. (2012) dalam Sulaiman (2016), konsep "logika" atau "logis" sudah sering kita dengar dan kita gunakan. Dalam bahasa sehari-hari, perkataan "logika" atau "logis" menunjukkan cara berpikir atau cara hidup atau sikap hidup tertentu, yaitu yang masuk akal, yang "reasonable", yang wajar, yang beralasan atau berargumen,, yang ada rasionya atau hubungan rasionalnya, yang dapat dimengerti, walaupun belum tentu disetujui atau tentang benar atau salah. Dalam arti ilmiah, perkataan logika menunjukkan pada suatu disiplin ilmui; yang dimaksud dengan disiplin di sini yaitu disiplin ilmiah, yaitu kegiatan intelektual yang dipelajari untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam bidang tertentu secara sistematik-rasional argumentatif dan terorganisasi yang terkait atau tunduk pada aturan, prosedur, atau metode tertentu. Setiap disiplin mewujudkan ilmu atau cabang ilmu pengetahuan tertentu. Misalnya biologi, yaitu disiplin yang termasuk ilmu alam; mikrobiologi, yaitu suatu disiplin ilmu atau subdisiplin yang termasuk dalam disiplin ilmu biologi.
Menurut Arief Sidharta (2010) dalam Sulaiman (2016), kata logika sering juga digunakan untuk bahasa percakapan sehari-hari. Kata itu memiliki beberapa pandangan arti dalam penggunaan secara umum, seperti "wajar", dapat diterima atau bisa juga digunakan dalam arti kultur untuk menggambarkan sikap khas suatu kelompok masyarakat. Dalam konteks umum, kata logika sering diartikan sebagai "masuk akal, wajar, pantas bisa diterima, atau dapat dipahami."
Dalam dunia akademis, logika sering juga dikenal sebagai salah satu nama mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi, kalau di perguruan tinggi agama logika ini diidentikkan dengan mata kuliah ilmu mantik. Secara khusus, logika dalam konteks ilmiah kita temukan arti khusus dari logika dan sekaligus mengantarkan kita kepada alasan mengapa logika dipelajari secara formal. Ada dua pandangan yang dapat kita pahami dalam konteks ini. Pertama, Irving Copi seorang filsuf dari USA (2002) - mengatakan, yaitu logika adalah studi tentang metode dan prinsip yang digunakan dalam membedakan penalaran yang baik dan benar dari penalaran yang buruk dan salah (logic is the study ofthe methods and principles itsed to distinguish good/correct from bad/incorrect reasoning). Pengertian ini menunjukkan bahwa mempelajari logika berarti mempelajari hukum dan prinsip berpikir yang mengatur atau melandasi dan sekaligus memberikan alasan mengapa suatu penalaran dapat dikatakan sebagai sesuatu yang logis dan juga menjelaskan mengapa suatu penalaran harus dikatakan sebagai tidak logis. Kedua, Norman Geisler dan Ronald Brooks (1990) mengatakan dalam Sulaiman (2016), bahwa logika yaitu kajian tentang penalaran yang benar atau menyimpulkan yang valid (sah) dan dapat mengenali adanya kesalahan berpikir baik secara formal maupun informal.
Dari dua paham yang dikemukakan ini, dapat kita katakan bahwa logika tidak hanya mengajarkan bagaimana suatu penyimpulan yang tepat, tetapi juga membuat kita waspada terhadap kemungkinan kesalahan yang kita lakukan dalam pembuatan kesimpulan. Dengan demikian dapat kita pahami, pengertian logika menurut para pemikir atau filsuf di atas, dalam arti yang khusus, logika sebenarnya merupakan kajian dalam proses penalaran yang bertolak dari penerapan prinsip berpikir dalam suatu penalaran yang tepat, yang digunakan dalam membedakan penalaran yang baik dan benar dari penalaran yang buruk dan salah "sesat berpikir..
C. Logika Dan Ilmu Pengetahuan
Socrates (469-399 SM) dalam Sulaiman (2016) mengatakan ribuan tahun yang lalu, bahwa pada dasarnya manusia bersifat ingin tahu. Keingintahuan yaitu bagian dari kealamiahan manusia. Seorang anak kecil yang masih usia dini ketika dia bermain balok kemudian menyusun balok-balok itu menjadi suatu bangunan, akan menemui suatu logika dari permainan itu, misalnya mengapa gedung yang dibuat dari balok itu bisa roboh, lalu dia menemukan jawabannya sendiri "oh karena fondasi bangunan yang dia buat tidak besar, jadi tidak punya kekuatan." Lalu si anak ketika membuat bangunan gedung dengan balok kembali, dia membuat fondasi bangunan baloknya dibuat menjadi lebih besar,, agar bangunan yang dibuat tidak ambruk atau rubuh. Begtulah logika dalam ilmu pengetahuan dapat diperkenalkan pada seorang anak hingga seorang ilmuwan dapat mengembangkan logika berpikirnya dalam ilmu pengetahuan. Mengapa seorang anak bertanya atas perbuatannya sendiri terhadap balok-balok kayu yang dia susun, ini merupakan salah satu bentuk manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu.
Untuk baca selanjutnya silahkan baca selengkapnya atau bisa download disini
No comments:
Post a Comment