Pendidikan
dan Pendidikan Berkarakter (Sebuah
Pembahasan)
I. Pengertian
Pendidikan
A.
Pengertian Pendidikan Menurut Undang – Undang dan Para Ahli
Pendidikan
memang tak lepas dari makna dan definisi. Dalam dunia pendidikan banyak sekali
istilah-istilah yang dipakai dan memerlukan pembahasan mengenai hal definisi
atau pengertiannya. Pada blog pendidikan ini, Maswins for Educations, sebelum
melangkah membahas mengenai pengertian-pengertian istilah dalam dunia
pendidikan, ada baiknya jika terlebih dahulu membahas mengenai pengertian
pendidikan itu sendiri.
Berikut
adalah beberapa pengertian Pedidikan menurut Undang-Undang dan para ahli yang
saya kutip dari beberapa sumber :
Pendidikan
Menurut UU Sisdiknas
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
B.
Pendidikan Menurut Carter V. Good
Pendidikan
adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku
yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi
oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya
dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.
Pendidikan
Menurut Godfrey Thomson
Pendidikan
adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan yang
tepat didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya dan perasaannya.
Pendidikan
Menurut UNESCO
UNESCO
menyebutkan bahwa: “education is now engaged is preparinment for a tife
Society
which does not yet exist” atau bahwa pendidikan itu sekarang adalah untuk
mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Konsep
system pendidikan mungkin saja berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep
pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai
dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,sekarang,dan masa datang.
C.
Pendidikan Menurut Thedore Brameld
‘’Education
as power means copetent and strong enough to enable us,the majority of
people,to decide what kind of a world‘’. (Pendidikan sebagai kekuatan berarti
mempunyai kewenangan dan cukup kuat bagi kita, bagi rakyat banyak untuk
menentukan suatu dunia yang macam apa yang kita inginkan dan macam mana
mencapai tujuan semacam itu).
D.
Pendidikan Menurut Thedore Brameld
Robert
W. richey menyebutkan bahwa; The term “Education” refers to the broad funcition
of preserving and improving the life of the group through bringing new members
into its shared concem. Education is thus a far broader process than that which
occurs in schools. It is an essential social activity by which communities
continue to exist. In Communities this function is specialzed and
institutionalized in formal education, but there is always the education, out
side the school with which the formal process is related. (Istilah pendidikan
mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu
masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab
bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih
luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah
suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang.
Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi
dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan
proses pendidikan informal di luar sekolah).
II. Pengertian
Pendidikan Karakter
Istilah
karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau
nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral.
Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang
terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren
memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga
seseorang atau sekelompok orang.
Karakter
juga sering diasosiasikan dengan istilah apa yang disebut dengan temperamen
yang lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan dengan
pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter dilihat dari sudut
pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur somatopsikis yang dimiliki
seseorang sejak lahir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses
perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas
yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature)
dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang.
Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu
untuk mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada
pada jangkauan masyarakat dan ndividu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan
karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian
dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan.
III. Faktor Pendidikan
Karakter
Faktor
lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki peran yang sangat peting
karena perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan
karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini. Dengan kata lain
pembentukan dan rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya lingkungan fisik
dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode
mengajar. Pembentukan karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan dapat
dilakukan melalui strategi :
A.
Keteladanan
B.
Intervensi
C.
Pembiasaan
yang dilakukan secara Konsisten
D.
Penguatan.
Dengan
kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan pengembangan
keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan,
pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten
dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur
IV. Pilar – Pilar
Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat
menyetujui – nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religius, atau bias
budaya. Beberapa hal di bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa
memahami Enam Pilar Pendidikan Berkarakter, yaitu sebagai berikut :
A.
Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur,
jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal – melakukan apa yang anda
katakan anda akan melakukannya, minta keberanian untuk melakukan hal yang
benar, bangun reputasi yang baik, patuh – berdiri dengan keluarga, teman dan
negara.
B.
Recpect (Respek)
Bersikap
toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan bahasa yang buruk,
pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam, memukul atau menyakiti
orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan.
C.
Responsibility (Tanggungjawab)
Selalu
lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah sebelum
bertindak – mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas pilihan anda.
D.
Fairness (Keadilan)
Bermain
sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka; mendengarkan
orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan menyalahkan
orang lain sembarangan.
E.
Caring (Peduli)
Bersikaplah
penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan rasa syukur, maafkan
orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
F.
Citizenship (Kewarganegaraan)
Menjadikan
sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama, melibatkan diri dalam
urusan masyarakat, menjadi tetangga yang
baik, mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi lingkungan
V. Tujuan, Fungsi dan Media
Pendidikan karakter
Pendidikan
karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan
karakter berfungsi untuk:
(1)
Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku
baik memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. (2) meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. (3) Pendidikan karakter
dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
VI. Nilai-Nilai Dalam
Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa
Ada
18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang
dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di
Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya.
18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:
A. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
B. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
C. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
D. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
E. Kerja
Keras Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
F. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
G. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
H. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
I. Rasa
Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
J. Semangat
Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
K. Cinta
Tanah Air Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
L. Menghargai
Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
M. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
N. Cinta
Damai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
O. Gemar
Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
P. Peduli
Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
Q. Peduli
Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
R. Tanggung
Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
VI. Pentingnya
Pendidikan Karakter
Pendidikan
yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan
dan kemampuan kognitif. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain
dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan.Yaitu
memberikan pendidikan karakterb pada anak didik. Pendidikan karakter penting
artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering
kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang
politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru
justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan
kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan
antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Ada
sebuah kata bijak mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu
adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan
karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun
dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan
berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan
kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan
dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan
pendidikan karakter anak didik.
A. Pendidikan
karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai
karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter
yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang
bernama FW Foerster:
B. Pendidikan
karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak
didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
C. Adanya
koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak
didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah
terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
D. Adanya
otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil
keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
E. Keteguhan
dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang
dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang
dipilih.
Pendidikan
karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi
basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak
mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan,
kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan
karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan
kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata
kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan
teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola
diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian
ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk
melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik. Berpijak pada empat
ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam
polapendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman
sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan
peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan
apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport
anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anakdidik akan
arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau
menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan
memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni
dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan
karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan,
dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan
begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem
pendidikan karakter.
Makalah, Thesis, Paper, Jurnal, Referensi, Media, Buku, DOC, PPT, XMLS
No comments:
Post a Comment